Rasulullah SAW bukan hanya muncul sebagai sosok Rasul dan Nabi saja, akan tetapi, juga sebagai sosok yang dibutuhkan umat saat itu. salah satunya ketika ia muncul sebagai sosok pemimpin perang saat itu. Rasulullah SAW terjun langsung di beberapa medan perang, guna mengobarkan semangat para pasukan dan memimpin mereka menuju kemenangan. Salah satu peperangan yang diikuti oleh nabi Muhammad Saw ialah perang Khandaq.
Perang ini dinamakan “Khandaq” (parit) karena para kaum muslim membangun parit di luar kota Madinah atas usulan Salman al-Farisi. Pembangunan ini kelak membuat para musuh kaget, dikarenakan strategi ini tidak pernah dipakai oleh bangsa Arab saat itu.
Perang ini juga dinamakan perang Ahzab (beberapa partai/golongan), dikarenakan musuh saat itu terdiri dari beberapa golongan, yaitu Suku Quraisy, Ghotofan, Bani Asyja, dan lain sebagainya.
Atas izin dan bantuan Allah SWT, perang yang terjadi pada tahun ke lima hijriah ini, dimenangkan oleh pihak muslim, walaupun jumlah perbandingan pasukannya terlampau jauh, 10.000 kaum Quraisy dan sekutunya, 3.000 kaum muslim.
Ketika masa penggalian parit, ada beberapa kesulitan yang dihadapi saat itu, hal ini digambarkan jelas dalam hadis riwayat Imam al-Bukhari yang berbunyi:
خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْخَنْدَقِ فَإِذَا الْمُهَاجِرُونَ وَالْأَنْصَارُ يَحْفِرُونَ فِي غَدَاةٍ بَارِدَةٍ فَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ عَبِيدٌ يَعْمَلُونَ ذَلِكَ لَهُمْ…
“Rasullah Saw berangkat menuju khandaq (parit) yang sedang digali oleh orang-orang Muhajirin dan Anshar di waktu pagi yang sangat dingin, sementara tidak ada hamba sahaya yang bekerja seperti itu untuk mereka.”
Ketika melihat mereka yang sedang menggali parit dalam keadaan lapar dan capek, Nabi Muhammad SAW berkata kepada mereka untuk menghibur mereka:
اللَّهُمَّ إِنَّ الْعَيْشَ عَيْشُ الْآخِرَهْ فَاغْفِرْ لِلْأَنْصَارِ وَالْمُهَاجِرَهْ…
“Allahuma Ya Allah, sesungguhnya kehidupan (yang sebenarnya) adalah kehidupan akhirat. Maka itu ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin.”
Di dalam redaksi hadis lain, dijelaskan bahwa pada saat itu, umat Islam yang terlibat perang Khandaq, tidak merasakan makanan dan minum selama tiga hari.
وَلَبِثْنَا ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ لَا نَذُوقُ ذَوَاقًا
“Semenjak tiga hari kami berlalu tanpa adanya makanan yang dapat kami rasakan.”
Hadis di atas menggunakan redaksi “kami” yang berarti merujuk kepada banyak orang. Secara otomatis, Nabi Muhammad SAW juga merasakan kelaparan sebagaimana pasukan yang lain. Suka dan duka cita dilewati secara bersamaan. Bahkan, dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW sampai mengganjal perutnya, karena menahan lapar saat itu.
Ketika masa penggalian parit, ditemukan batu yang sangat besar. Karena tidak bisa dihancurkan, para penggali parit pergi dan melaporkan hal tersebut kepada nabi Muhammad SAW.
Ketika mendengar hal tersebut, beliau bergegas pergi ke loaksi tersebut dan berdiri di sana. Saat itulah para sahabat mengetahui bahwa perut Nabi SAW terlihat diganjal dengan batu. Penjelasan ini bisa kita dapatkan dalam hadis riwayat Imam al-Bukhari yang berbunyi:
ثُمَّ قَامَ وَبَطْنُهُ مَعْصُوبٌ بِحَجَرٍ
“Kemudian beliau berdiri (di dalam parit), sementara perut beliau tengah diganjal dengan batu (karena lapar)”
Dijelaskan dalam kitab Fiqh Siroh Nabawiyah karangan Syekh Ramadhan al-Buthi, bahwa peristiwa ini memberikan pelajaran besar bagi kita. Kebersamaan Nabi Muhammad SAW dengan umatnya selama peristiwa perang Khandaq, termasuk merasakan kelaparan yang melanda, menggambarkan salah satu hakikat syariat Islam, yaitu prinsip persamaan, baik antara pemimpin dan rakyat, miskin dan kaya, dan lain sebagainya.
Wallahu a’lam.