“Saya masih remaja ketika Sarajevo diserang. Jadi, saya mengenali diri saya, teman-teman saya, keluarga saya di wajah anak-anak Syiria itu,” ungkap Aida Begic kepada Daily Sabah (18/06 2017) saat diwawancara film terbarunya Never Leave Me.
Aida memang begitu terlibat dalam film ini. Ia tinggal bersama para pengungsi anak-anak yang yatim dan/atau piatu dan mendengarkan kisah-kisah mereka. “Anak-anak ini, dan keluarga mereka adalah pahlawan saya. Mereka mengajariku tentang daya, tentang keberanian, tentang cinta,” imbuhnya.
Pengungsi anak-anak Syiria yang tak punya ayah dan ibu itulah yang menjadi dorongan utamanya membuat film transnasional: seorang sineas Bosnia yang membuat film di Turki, tentang pengungsi Syiria.
Aida melihat bahwa para anak-anak dan remaja yatim piatu di Bosnia acap tidak mendapatkan perhatian dari masyarakat, dan merasa kesepian hingga membuat mereka jatuh pada narkoba dan kriminalitas, dan dia ingin melakukan sesuatu.
Ketika dia melakukan penelitian untuk film Children of Sarajevo (2012), Aida menyimpulkan bahwa 90 persen remaja nakal adalah anak-anak yang kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya selama perang. Karena itu, ia acap menyatakan bahwa film terbarunya itu adalah bagian dari Yetim Project pimpinan Besir Dernegi yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang wacana anak yatim piatu dan kebutuhan-kebutuhan mereka di berbagai penjuru dunia.
Dan fakta kalau mereka menjadi anak jalanan, juga menambah daftar prihatinnya. “Ini adalah film tentang anak-anak yang kita semua lihat setiap hari di jalanan kota-kota kita, tapi yang tetap tidak terlihat oleh kita. Penderitaan, kemiskinan, dan kesepian mereka menjadi jubah tembus pandang di sekitar mereka yang menyembunyikan mereka dari mata dunia kita yang kejam,” tulisnya di katalog Edinburgh Film Festival tahun lalu.
Ia sebenarnya tak hanya berkisah tentang korban perang Syiria, tapi juga tentang Isa, Ahmad, dan Muataz dari berbagai perang yang ada di segala penjuru dunia.
Ada pun tentang lokasi syutingnya di Turki, Aida menyatakan, Turki, yang menampung 4 juta pengungsi, dipilih karena rasa hormatnya kepada negara itu dalam menangani anak-anak itu.
Semangat diaspora dan nuansa globalisasi begitu kentara baik dalam film atau pun di proses produksi. Tentu produksinya tidak mudah.
“Kami memiliki kru yang datang dari tiga belas negara. Saya mengarahkan film di mana orang berbicara dua bahasa yang saya tak pahami. Tapi tetap saja, kita semua berfungsi sebagai satu organisme. Proses ini membuat saya kembali berharap pada kemanusiaan dan keyakinan bahwa kita mampu memecahkan dinding di antara kita, hanya jika kita mau,” tulisnya di katalog itu.
Tema Never Leave Me berkesinambungan dengan kedua film sebelumnya yang bercerita tentang warisan perang. Snow (2008) berkisah tentang konflik pasca-perang dari mata para perempuan yang ditinggal mati suami mereka yang gugur, di desa Zvornik, Bosnia timur.
Sedangkan Children of Sarajevo (2012) berfokus pada anak-anak muda dua bersaudara, Rahima dan Nedim, yang kehilangan orang tua mereka saat perang Bosnia, dan mencoba bertahan hidup dengan menjadi koki sebuah restoran.
Ketiga film panjang itu menjadi duta Bosnia untuk dikirim ke Academy Awards kategori Film Asing Terbaik.
Aida, yang menjadi tamu pada Madani Film Festival 2018 itu, lahir di Sarajevo, 9 Mei 1976. Dia lulusan Jurusan Penyutradaraan di Sarajevo Academy of Performing Arts. Setelah lulus, ia pun mengajar di almamaternya selama 17 tahun, dan sekarang dia menjadi Ketua Jurusannya. Film tugas akhirnya, Prvo smrtno iskustvo (First Death Experience) diputar di The Cinéfondation Official Selection of the Cannes Film Festival. film pertamanya, Snow, diputar perdana di Cannes 2008 dan meraih the Critic Week Grand Prix di sana, di samping 30 penghargaan bergengsi lainya.
Pada 2009, ia mendirikan FilmHouse. Film panjang keduanya, Djeca (Children of Sarajevo) diputar premiere di program Un Certain Regard, Official Selection of the Cannes Film Festival 2012 dan meraih Special Distinction of the Jury. Aida lantas menulis skenario dan mengarahkan film pendek Album, sebagai bagian dari omnibus Bridges of Sarajevo, yang diputar perdana di Special Screening, Cannes. Ia juga menyutradarai dokumenter panjang 100 Million Dollar House karya Rešad Kulenović.
Pada 17-21 Oktober, ia menjadi tamu istimewa di Madani Film Festival, Jakarta. Aida akan hadir dalam pembukaan dan kemudian memberikan masterclass.