Ahmad Jamal, Legenda Jazz dan Islam

Ahmad Jamal, Legenda Jazz dan Islam

Ahmad Jamal, Legenda Jazz dan Islam

Ahmad Jamal adalah seorang legenda jazz dunia. Dunia mengenalnya sebagai salah satu musisi yang paling berpengaruh dalam perkembangan musik jazz. Tidak hanya itu Ahmad Jamal adalah salah satu komposer dan pendidik yang sukses.

Jamal lahir dengan nama Frederick Russell Jones pada 2 Juli 1930, di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat. Kota ini memang dikenal sebagai penghasil musisi jazz hebat seperti Kenny Clarke , Mary Lou Williams , Erroll Garner , dan Art Blakey . Sejak kecil Jamal dikenal sebagai anak ajaib karena piawai memainkan tust piano. Kecintaannya terhadap musik memang terasah sejal usia dini ketika dengan tekun ia membenamkan dirinya dalam musik klasik Eropa. Ibunyalah yang mendorong Jamal sebagai seorang musisi. Pada usia sebelas tahun Jamal sudah memulai kariernya dengan bermain secara profesional di klub lokal. “Saya tidak ingat tempat itu”Aku hanya ingat bahwa orang-orang melempar banyak uang ke panggung. Mungkin totalnya hanya beberapa dolar. Tapi itu nampak seperti banyak uang saat itu,” katanya dalam sebuah wawancara dengan Boston Globe.

Di sekolah menengah, Jamal melanjutkan studi klasik dengan penyanyi konser terkenal Mary Caldwell dan pianis James Miller. Selama masa remajanya, Jamal juga mengeksplorasi minatnya yang semakin besar terhadap jazz dan sangat terinspirasi oleh Art Tatum , Teddy Williams, dan pianis bebop lokal bernama Erroll Garner . “Erroll adalah inspirasi utama saya,” katanya dalam wawancara dengan Greg Fitzgerald untuk National Public Radio ‘s Jazz Profiles.

Jamal menemukan Islam di awal usia 20-an. Hal itu terjadi ketika dirinya melakukan tour di Detroit. Di kota ini pada waktu itu atau sekitar 1940-an banyak komunitas Muslim yang jumlah yang cukup besar. Perjumpaannya dengan komunitas tersebut membuatnya tertarik dengan Islam dan budaya Islam. Dia kemudian mengubah namanya menjadi Ahmad Jamal pada tahun 1950. Dalam sebuah wawancara dengan The New York Times beberapa tahun kemudian, dia mengatakan keputusannya untuk mengubah namanya berasal dari keinginan untuk membangun kembali nama aslinya.

Album yang bertajuk But Not For Me , membuat Jamal semakin populer sepanjang tahun 1950-an. Pada tahun 1959, ia melakukan tur ke Afrika Utara dan mengatakan bahwa ia memiliki rasa ingin tahu tentang tanah air leluhurnya. Selama tour di Afrika membuatnya lebih mengerti tentang Islam karena memberinya ketenangan pikiran tentang utamanya tentang persoalan ras.

Sekembalinya ke Amerika Serikat setelah tur di Afrika Utara, kesuksesan finansial Live at the Pershing: But Not For Me, membaut Jamal membuka restoran dan klub bernama The Alhambra di Chicago. Pada tahun 1964, Jamal melanjutkan tur dan rekaman. Bersama dengan bassis Jamil Nasser mereka merekam album baru bertajuk Extensions pada tahun 1965. Jamal dan Nasser terus bermain dan merekam album bersama dari tahun 1964 hingga 1972. ‘

Antara tahun 1970-an dan 1980-an terus berkarya dan melakukan konser dengan trionya. Pada tahun 1994 Jamal menerima penghargaan fellowship American Jazz Masters dari National Endowment for the Arts. Pada tahun yang sama mendapatkan penghargaan dari Universitas Yale. Pada tahun 2007, Pemerintah Prancis memberikan Jamal, Officier de l’Ordre des Arts des Lettres. Pada bulan Desember 2011, Jamal dianugerahi dengan Hall of Fame dari pembaca majalah DownBeat dan sederet penghargaan lainnya.