Sekarang ini kita melihat fenomena dimana banyak sekali kajian agama di mana-mana. Baik yang beredar di media sosial maupun kehadiran ustaz-ustaz yang tiba-tiba muncul tanpa kita mengetahui dasar keilmuan yang ditekuninya. (cari ustaz)
Sebagai orang awam yang berusaha untuk mencari ilmu, bagaimana kita menyikapi fenomena ini? Hharuskah kita sepenuhnya menerima segala ilmu yang masuk kepada kita? Atau kita harus memilih siapa guru yang patut kita ikuti dan kita ambil ilmu darinya? Sedangkan Nabi Muhammad SAW telah mewanti-wanti bahwa akan ada masa dimana orang bodoh akan dijadikan rujukan oleh umat. Beliau bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا
اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Abdullah Bin Umar Berkata: “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Sesungguhnya Allah SWT tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan'” (HR.Bukhari)
Dari hadis ini, kita harus berhati-hati dalam memilih guru atau ustaz untuk menjadi penuntun hidup kita. Jangan sampai niat baik kita untuk mencari ilmu, berakibat sesat di tengah jalan. Oleh karena itu, Imam Az-Zarnuji dalam kitabnya, Ta`limul Muta`allim, memberikan tuntunan bagaimana untuk mencari guru atau ustaz yang benar. Beliau menyebutkan ada tiga kriteria ustaz yang baik untuk diikuti, yaitu:
Pertama, Berilmu luas.
Seorang guru haruslah menguasai ilmu yang ia tekuni. Dalam ilmu agama, tentunya harus menguasai ilmu bahasa arab (termasuk nahwu & sharaf), ilmu Alquran, tafsir, ilmu hadis, fikih, ushul fikih, balaghah, manthiq dan lain sebagainya.
Ilmu-ilmu tersebut tidak dapat dikuasai dengan waktu yang instan. Butuh pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, tirakat, dan riyadhoh yang sangat lama. Selain itu, ilmu-ilmu tersebut harus diperoleh melalui jalur keilmuan yang jelas dan sambung-menyambung hingga Rasulullah SAW. Imam Syafi`i Berkata, “Tiada ilmu tanpa adanya sanad”
Kedua, Wara’
Wara’ berarti bersikap hati-hati. Bersikap hati-hati terhadap sesuatu yang belum jelas kehalalannya. Seorang guru yang bersikap wara’ akan berhati-hati dalam mengambil hukum. Tidak mudah memberikan fatwa yang belum jelas hukumnya. Apabila tidak tau mengenai hukum, ia akan secara tegas berkata “Saya tidak tahu! Silakan bertanya kepada yang lebih `alim dari saya”
Ketiga, Lebih Tua.
Hal ini dikarenakan guru yang lebih tua memiliki wibawa lebih besar serta terhindar dari keinginan-keinginan duniawi. Mampu bersikap sabar, lemah lembut, dan bersikap bijak.
Itulah tiga kriteria guru yang disebutkan oleh Imam Az-Zarnuji. Beliau menambahkan, dalam mencari guru haruslah disertai pemikiran yang mendalam terlebih dahulu. Beliau juga menyarankan untuk berdiskusi terlebih dahulu sebelum memilih guru, baik itu diskusi dengan orang tua, kerabat saudara maupun teman-temannya.
Wallahu a’lam.