Adab Bertamu dan Menerima Tamu

Adab Bertamu dan Menerima Tamu

Adab Bertamu dan Menerima Tamu

Mengunjungi rumah saudara, karib kerabat, dan teman termasuk perbuatan mulia. Karena melalui kunjungan tersebut hubungan persaudaraan dan persahabat menjadi semakin kokoh dan akrab. Supaya kunjungan membuahkan hasil dan mendapatkan kebaikan, maka perlu diperhatikan etika pada saat bertamu.

Perhatikan waktu dan kondisi orang yang akan kita kunjungi. Misalnya, jangan bertamu pada waktu istirahat dan jam kerja, atau buatlah perjanjian terlebih dahulu supaya pihak yang dikunjungi tidak merasa keberatan.

Begitu pula dengan orang yang dikunjungi, hormatilah setiap tamu yang mendatangi rumahnya. Layani mereka dengan cara yang baik, sopan, dan santun. Bila bekal di rumah kita mencukupi, jamulah mereka dengan makanan dan minuman.

Bila memungkinkan ajak mereka untuk menginap, barang sehari, dua hari, atau tiga hari. Sebab menjamu tamu termasuk perbuatan baik, sangat dianjurkan, bahkan dikaitkan dengan  kesempurnaan iman. Hal ini sebagaimana yang dipahami dalam hadis riwayat al-Bukhari, yang termaktub dalam kitab Adabul Mufrad. 

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم  ضيفه جائزته يوم وليلة والضيافة ثلاثة أيام فما بعد ذلك فهو صدقة ولا يحل له أن يثوي عنده حتى يحرجه

 

“Rasulullah SAW bersabda, ‘Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamu dengan menjamunya sehari semalam, memberikan hak tamu selama tiga hari, selebihnya adalah sedekah. Tidak boleh bagi tamu untuk menginap di tempat tuan rumah sehingga menyusahkannya”

Hadis ini menunjukan perlunya perhatian dan pengertian tuan rumah dan tamu. Tuan rumah mesti melayani tamu dengan baik, bahkan dianjurkan mempersilahkan mereka untuk menginap.

Sementara tamu juga diminta pengertiannya, meskipun bertamu dianjurkan, jangan sampai membuat tuan rumah merasa keberatan dan kesulitan. Dengan adanya saling pengertian kedua belah pihak ini diharapkan hubungan antara keduanya terjaga dengan baik dan membawa berkah.