Abû ‘Ubaidah Al-Jarrâh dan Nashrani “Nasionalis”

Abû ‘Ubaidah Al-Jarrâh dan Nashrani “Nasionalis”

Abû ‘Ubaidah Al-Jarrâh dan Nashrani “Nasionalis”

Adalah Abû ‘Ubaidah Al-Jarrâh, salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang dijanjikan masuk surga. Pada masa kepemimpinan Umar bin Khathab, ia berhasil menaklukkan kerajaan Romawi yang penguasa dan rakyatnya beragama Kristen.

Penaklukan Romawi merupakan penaklukan terbesar di sepanjang sejarah politik Arab Islam, juga menjadi pintu masuk atas ditaklukkannya wilayah-wilayah lain hingga kekuasaan Islam terbentang sangat luas.

Sebelum terjadinya penaklukkan Romawi atau biasa disebut “Perang Yarmuk”, Abû ‘Ubaidah Al-Jarrâh dan para pemimpin perang muslim lainnya banyak mendapatkan data tentang kondisi Romawi dari orang-orang Nashrani Syâm (Kristen Damaskus) yang mengadakan perjanjian damai dengan membayar pajak kepada Abu ‘Ubaidah.

Orang-orang Kristen ini atau disebut dengan “ahlu adz-dzimmah (non muslim yang mengadakan perjanjian damai)” ketika menyaksikan umat Islam telah memenuhi perjanjiannya dan berbuat baik kepadanya, banyak membantu umat Islam dalam memberikan informasi tentang strategi mengalahkan Romawi berikut memberikan data terkait rencana-rencana Romawi dalam menghadapi pasukan Islam.

Abû Yûsuf dalam karyanya, Al-Kharâj, menceritakan Nashrani Syâm dengan, “orang-orang yang keras terhadap musuh umat Islam dan menolong umat Islam dalam menghadapi musuh-musuhnya (asyiddâ`u ‘alâ ‘aduwwi al-muslimîn wa ‘aunan li al-muslimîna ‘alâ a’dâ`ihim).” Menyaksikan kebaikan orang-orang Kristen ini, Abû ‘Ubaidah yang sebelumnya menarik pajak dari mereka, meminta kepada Habîb bin Maslamah yang bertugas sebagai pengumpul pajak supaya membebaskan pajak orang-orang Kristen itu dan mengembalikannya. (tt: 152-153).

Apa yang dilakukan umat Kristiani dalam membela umat Islam yang hendak menaklukkan Romawi bagian dari sikap nasionalismenya dalam mempertahankan Syâm (Damaskus). Bagi orang-orang Kristen, ikatan dengan umat Islam di bawah komando Abû ‘Ubaidah bagian dari kontrak politik yang harus ditaati. Karena itu musuh Abû ‘Ubaidah sama dengan musuhnya, meski musuh itu memiliki agama yang sama dengannya, yakni Kristen. Bahkan peran orang-orang Kristen yang nasionalis ini sangat penting dalam keberhasilan Abû ‘Ubaidah. Tanpa informasi dari Kristen Damaskus, Abû ‘Ubaidah dan para pemimin perang Islam lainnya tidak mungkin dapat mengetahui strategi musuh.

Kesamaan agama antara Kristen Damaskus dengan kerajaan Romawi tidak menjadikan Kristen Damaskus membela orang-orang Romawi, tapi justru sebaliknya, dimanfaatkan untuk mengetahui rencana dan strategi perang melawan umat Islam. Singkatnya, orang-orang Kristen ini dalam Perang Yarmuk yang terjadi pada 636 M. menjadi “spionase” umat Islam yang tidak bisa dilupakan sejarah. Tanpanya, kerajaan Romawi tidak mudah ditumbangkan.

*) Penulis adalah Pegiat Komunitas Literasi Pesantren (KLP), tinggal di Bukit Walisongo Semarang