Abu Nawas Memenjarakan Angin

Abu Nawas Memenjarakan Angin

Abu Nawas Memenjarakan Angin

Meski sudah sering kalah cerdik dengan Abu Nawas,Khalifah Harun Al Rasyid tidak kapok memberikan tugas maupun pertanyaan yang unik dan aneh.  Alkisah suatu hari abu nwas dipanggil ke istana. Seaampai di hadapan Khalifah, Abu Nawas tampak tegang sedikit. “Ada tugas atau pertanyaan apalagi yang akan ditujukan kepadaku,” pikir Abu Nawas.

Setelah diam sejenak, Khalifah memulai pembicaraan. “Aku beberapa hari ini sering sakit perut. Kata tabib istana aku terkena serangan angin.”

Mendengar hal itu, Abu nawas mulai agak curiga. Siasat apalagi yang ingin Khalifah lakukan untuk menjebaknya.” Wahai Khalifah apa yang harus kulakukan dengan penyakit itu,” ujarnya.

” Hmm. Begini Abu Nawas aku menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya,” ujar Khalifah.

Ucapan tadi membuat Abu Nawas kaget. Kemudian ia mulai mengatur nafasnya. Abu Nawas kemduian diam. Tak ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya. Di benaknya yang dipikir adalah bukan menangkap angin tapi bagaimana membuktikan bahwa yang ditangkap adalah angin.

“ Berikan saya waktu untuk menangkapnya,” kata Abu Nawas.

“ Baiklah! Aku akan memberimu waktu 3 hari,” jawab Khalifah.

Abu Nawas kemudian pamit pulang. Hari pertama ia belum bisa menemukan cara menangkap angin. Hari keduapun juga sama. Hingga akhirnya pada hari ketiga ia menghadap raja.iapun berjalan gontai menghadap ke istana. Namun dalam perjalanan, Abu Nawas terlihat meloncat. Ia mendapatkan ide bagaimana menangkap angin, Abu nwas teringat lampu wasiat Aladdin

“Bukankah jin itu tidak terlihat?” pikirnya. Iapun kembali ke rumah. Segala sesuatu disiapkannya untuk menangkap angin.

” Bagaimana Abu Nawas, apakah engkau sudah menangkap dan memenjarakan angin,” kata Khalifah dengan nada tidak sabar.

” Oo! Tentu sudah wahai Khalifah,” jawabnya sambil mengeluarkan botol yang sudah disumbat.Kemudian botol itu diserahkan kepada Khalifah.

Sambil menimang-nimang botol itu, Khalifah bertanya, “Mana anginnya, Abu Nawas?”

“Anginnya ada di dalam, Tuanku,” jawabnya.

” Bagaimana engkau ini, Aku tidak melihat apapun,” ucap Khalifah.

“Ampun Tuanku, angin memang tidak kelihatan tetapi apabila paduka ingin tahu angin, coba buka tutup botol itu,” jelas Abu Nawas.

Khalifah kemudian membuka botol tersebut. Bau menyengat menyebar. Baginda mencium bau kentut menusuk hidung.

“Bau apa ini?!” tanya Baginda dengan dongkol.

“Ampun Tuanku,bau itu adalah bau buang angin hamba. Kemudian hamba masukkan ke dalam botol dan kemudian hamba menutup mulut botol itu untuk memenjarakan agar angin agar tidak keluar,” kata Abu Nawas.

Mendengar jawaban itu khalifah tersenyum. Lagi lagi ia mengakui kecerdikan Abu Nawas.