Bersama dengan Zaid Bin Haritsah , Nabi Muhammad saw. melakukan perjalanan munuju Taif. Dengan jarak 63 kilometer itu Nabi bermaksud meminta saudaranya untuk bergabung dan meminta perlindungan saudaranya dari teror kaum Quraiys Mekkah. Di Mekah hanya pamannya Abu Thalib yang melindunginya.
Namun ketiganya menolak , bahkan menjadi pelindungnya tidak mau. “ Aku malah akan merobek tirai Ka’bah yang suci kalau Tuhan mengangkatmu sebagai nabi,” hardik salah satu di antara mereka. “Apakah Tuhan tidak menemukan orang lain sebagai utusan-Nya,” lanjut yang lain sambil mengejek.
Mendengar jawaban itu, nabipun bersiap kembali ke Mekah. Tapi penduduk Taif tidak mau melepaskannya begitu saja. Mereka kemudian mengumpulkan anak-anak miskin untuk mengejar dan kemudian melempari nabi dengan batu. Zaid dengan sigap melindungi Nabi dengan selimutnya. Tubuh Rasul mulia ini kemudian penuh luka dari kaki hingga kepala.
Setelah beberapa saat , mereka berdua sampai di kebun anggur milik kakak beradi yang bernama Utbah dan Syaibah. Di kebun itu nabi saw rehat sejenak sambil berlindung dari kejaran anak-anak yang melemparinya. Dari bibirnya tidak berhenti berdoa,” Tuhan jangan tinggalkan aku dalam keadaan keingkaran.”
Kedua pemilik kebun melihat keadaan Rasulullah. Mereka tampak iba dan mengutus budaknya yang bernama Addas yang beragama Nasrani. Mereka menyuruh Addas memberikan setangkai anggur kepada Rasulullah. Nabipun menerima dan memakan anggur sambil menyebut nama Tuhan berulang-ulang.
Addspun heran dan memandangi wajah Rasulullah. Dalam batinnya ia mengatakan bahwa di sini tidak ada orang yang menyebut kalimat tersebut. Nabi kemudian bertanya kepada Addas tentang asal usulnya dan agama yang dianut.
Addaspun menawab kalau dirinya berasal dari Nineveh, Irak dan beragama Nasrani. Kemudian Nabi berkata,” Jadi engkau berasal dari Yunus yang baik anak Matta.” Addas pun terkejut dan bertanya,” Bagaimana Anda bisa mengenal anak Matta.”
“Beliau adalah utusan Tuhan, begitu juga aku,” jawab Nabi. Mendengar jawaban tersebut Addas kemudian membungkuk dan mencium tangan dan kaki Nabi. Melihat kejadian tersebut sang pemlik kebun menjadi heran. “ Lihat orang ini telah mempengaruhi pelayan kami,” ucap salah satu diantara keduanya. Mereka kemudian menoleh ke Addasdan berkata,” Sungguh tak tahu malu.”
Addaspun menjawab hardikan itu,”Tuan, tidak ada satu orangpun di muka bumi ini yang melebihi kebsaran beliau. Ia telah mengatakan sesuatu yang tidak mungkin diakatkan oleh orang biasa, keduali seorang nabi.”
Wallahu A’lam.