Islami.co (Jakarta) – Di era di mana teknologi menjadi bahasa universal, Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kementerian Agama (Kemenag) memilih jalur inovatif untuk merangkul generasi Z (Gen-Z) dalam kampanye kerukunan antarumat beragama. Tidak sekadar berbicara tentang toleransi, mereka membawa isu ini ke platform yang menjadi “rumah” bagi generasi muda: media sosial dan podcast.
Salah satu inisiatif yang mencuri perhatian adalah podcast bertajuk “Bersama Gen-Z, Menjaga Indonesia Rukun”. Podcast ini menghadirkan selebgram Wirda Salamah Ulya sebagai narasumber, dan membahas bagaimana kaum muda bisa berperan aktif dalam menyebarkan nilai-nilai toleransi di tengah keberagaman Indonesia.
Mengapa Gen-Z?
Menurut Kepala PKUB M. Adib Abdushomad, yang akrab disapa Gus Adib, Generasi Z adalah kelompok yang lahir di era digital mapan. Mereka tak hanya paham teknologi, tetapi juga mampu menggunakannya untuk menciptakan dampak besar. Ia menambahkan, media sosial adalah kanal komunikasi yang paling efektif untuk menyampaikan pesan perdamaian.
Dengan kemampuannya dalam mengelola konten digital, Gen-Z dianggap mampu menjadi agen perubahan yang memanfaatkan kreativitas mereka untuk merajut harmoni. PKUB juga melihat potensi mereka untuk menciptakan perubahan positif di masyarakat.
“Salah satunya adalah merekatkan sendi-sendi kerukunan dan toleransi antarumat beragama,” jelas Gus Adib dikutip dari laman resmi Kemenag.
Kreativitas sebagai Alat Kampanye
PKUB tidak hanya berhenti pada diskusi. Berbagai program kreatif disiapkan untuk melibatkan Gen-Z, seperti pelatihan keberagaman, lomba konten digital bertema toleransi, hingga kampanye yang mengedepankan nilai hidup berdampingan dalam perbedaan.
Wirda Salamah Ulya, dalam podcast tersebut, mengapresiasi pendekatan ini dan berjanji akan mengajak teman-temannya untuk lebih aktif dalam diskusi lintas agama di pesantren, masjid, maupun tempat ibadah lainnya.
Influencer sebagai Amplifier Pesan Perdamaian
Strategi lain yang tak kalah penting adalah melibatkan influencer dan kreator konten yang memiliki basis pengikut muda. Langkah ini diyakini mampu memperluas jangkauan pesan hingga menjangkau lebih banyak audiens.
“Hampir 60 persen kepemimpinan saat ini didominasi anak muda. Jika kita ingin menjaga kerukunan, kita harus menyesuaikan bahasa dan aspirasi mereka,” tegas Gus Adib.
Melalui program ini, PKUB berharap nilai-nilai toleransi tidak hanya menjadi wacana tetapi menjadi gerakan nyata yang dipimpin oleh kaum muda Indonesia. Kampanye ini adalah bukti bahwa menjaga kerukunan adalah tugas bersama yang bisa dimulai dari layar gawai, menuju harmoni di dunia nyata.
(AN)