Macam-macam kelakuan orang yang shalat di Masjid Nabawi. Pada subuh beberapa waktu lalu, saya duduk bersebelahan dengan seorang lelaki jangkung berkulit gelap. Tampaknya asal benua Afrika.
Ia shalat sembari memegang handphone dengan waktu lama. Mungkin membaca al-Quran surat panjang. Saban orang yang lewat di mukanya akan ia cegah dengan tangannya.
Mukanya tampak tak senang. Sehingga orang-orang itu akan lewat di belakangnya. Lama berdiri lalu ia sujud dan menunaikan shalatnya.
Magrib kemarin di pelataran Masjid Nabawi, seorang yang berjenggot panjang mengibaskan tangannya pada saya dan seorang lagi di samping saya.
Saya maju sembari memperhatikan wajahnya dan gerak-geriknya.
Ia bersedakep dan menunjukkan ia sedang dalam keadaan shalat. Saya sendiri heran mengapa ia sendiri yang tak maju. Saya duga ia orang dari Asia Selatan.
Atas permintaan, lebih tepatnya tuntutan, orang ini, saya maju bersama seorang lagi yang berdiri di samping saya.
Saya mengambil lokasi paling ujung kanan di ujung hambal. Memang ada sedikit ruang kosong antara saya dan seorang lagi.
Lalu seorang berjubah putih yang bahunya lebih pendek dari saya muncul dari pembatas dan meminta saya bergeser. Saya sedang shalat dua rakaat. Seorang di samping saya bergeser ke kiri. Saya mengikutinya.
Orang di samping saya ini senang bergerak. Kadang ia menggaruk-garuk kepalanya, memijat jarinya hingga terdengar suara tulang tangan. Karena perkara itu saya jadi tak khusyuk. Dugaan saya ia datang dari satu negara di Asia Selatan.
Subuh tadi saya mengambil duduk di baris bagian selatan jika ditarik dari jalan lurus Pintu Fahd 21. Subuh belum dimulai. Saya baru shalat Tahiyyatul Masjid dan berzikir.
Tak lama seorang lelaki yang pasti lebih tua dari saya memegang bahu saya dengan maksud meminta saya bergeser. Saya bergeser ke sebelah kiri.
Lelaki itu meletakkan tas kecil warna gelap. Kalau tak salah bertuliskan Vayetour. Mungkin asal Turki. Tak lama ia sudah menunaikan shalat sunnah dua rakaat. Tapi, duduk tasyahud akhirnya seperti duduk tasyahud awal. Ia melakukannya sekali lagi dalam shalat sunnah berikutnya.
Saya mengira jangan-jangan kakinya tengah sakit jadi tak bisa. Hendak memastikan, saya menyapu pandangan sekeliling untuk melihat apakah ada yang melakukannya. Saya menemukan beberapa.
Bagian paling akhir yang menarik berikut ini. Usai imam Masjid Nabawi mengucap salam, seorang di depan saya bersalaman dengan jemaah di samping kiri dan kanan.
Kuat dugaan ia orang Indonesia. Subuh itu ia memakai batik gelap dan melilitkan sorban di leher.
Mungkin ada gunanya saya membaca Fikih Empat Mazhab dalam perkara shalat dan melihat betapa beragamnya hidup ini.
Madinah, 25 November 2024