Masih tergiang dalam benak saya, pasangan calon nomor urut 01 Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta, Ridwan Kamil dan Suswono dlam gegap gempita kampanye sekaligus deklarasi dukungan relawan Ridwan Kamil dan Suswono yang dihadiri wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman, nama janda disebut berulang-ulang kali di sana.
Ridwan Kamil bilang, “Nanti janda-janda akan disantuni oleh Pak Habiburokhman, akan diurus lahir batin oleh Bang Ali Lubis, dan kalau cocok akan dinikahi oleh Bang Rian,” pada Sabtu, (16/11/2024) lalu.
Saya bertanya, kenapa ini bisa terjadi, kenapa harus ada stigma?
Sebenarnya, kasus janda di pusaran Pilkada bukan kali ini saja. Sebelumnya, calon wakil Ridwan Kamil, Suswono sama pula demikian. Bahkan Suswono mengatakan agar janda kaya menikahi pemuda menganggur. Suswono menyebut, ini sesuai dengan Siti Khadijah yang menikahi Nabi Muhammad Saw waktu itu.
Hal ini sontak mengundang berbagai respon dari warganet, tidak sedikit warganet yang geram lantaran janda seolah dianggap komoditas politik, sekadar digunakan untuk mendulang suara politik atau bisa saja janda dianggapnya sebagai manusia kelas kedua, berbeda dengan manusia wajar lainnya.
Baca juga: Hindun binti Umayyah, Janda yang Menolak Lamaran Para Sahabat Rasul
Stigma Masyarakat Kita
Harus kita akui, hari ini sebagian masyarakat bahkan oleh sesama perempuan, memiliki status janda adalah pesakitan tersendiri. Anggapan umum mengatakan, kalau janda itu buruk dan dianggap rendah.
Biasanya kita sering mendengar ejekan kepada janda.
Misalnya ada ucapan begini, “ kasian ya si anu sekarang jadi janda gara-gara gak bisa dandan dan urus suami makanya selingkuh.” atau begini, perempuan janda dianggap sebagai barang bekas yang sudah pernah dipakai. Stigma-stigma demikian, hari ini masih sangat kental di masyarakat.
Padahal fakta mengatakan, banyak janda-janda yang bisa survive untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Ini artinya, setiap janda atau perempuan lainnya itu tidak boleh dianggap rendah oleh siapa pun.
Janda sama halnya dengan manusia normal lainnya yang butuh atas penghormatan dan keadilan di ruang-ruang sosial.
Apa yang dijadikan candaan pasangan calon nomor urut 01, agaknya kurang pantas.
Kalimat-kalimat seperti “Nanti janda-janda akan disantuni oleh Pak Habiburokhman” seolah merendahkan janda khususnya perempuan. Gampangnya begini, dengan tanpa Pak Habiburokhman pun, janda-janda bisa survive untuk hidupnya bahkan bisa lebih berdaya lagi.
Bukan Ajaran Rasulullah
Dalam sebuah hadits dikatakan yang diriwayatkan Abu Hurairah ia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang memberi kecukupan kepada para janda dan orang-orang miskin, maka ia seperti halnya seorang mujahid di jalan Allah atau seorang yang berdiri menunaikan qiyamul lail dan berpuasa di siang harinya.”
Rasulullah tak tanggung-tanggung mengumpamakan seseorang yang menyayangi dan menyantuni janda dengan seseorang yang berjihad di jalan Allah, beribadah sepanjang malam, dan berpuasa sepanjang siang
Secara literal memang kalimat tersebut dimaknai menyantuni para janda dan lainnya. Akan tetapi hal lain yang dapat diartikan makna baru dari santunan kepada janda sesuai hadits di atas adalah dengan memberi mereka kesempatan pada janda untuk berdaya dan bekerja di ruang publik selayaknya perempuan lain yang tidak dianggap rendah.
Misalnya, janda-janda ini diberi hak setara dengan perempuan lainnya saat melamar kerja dan hal lainnya.
Andai saja, stigma masyarakat masih negatif dan publik tidak memberikan pelayanan yang setara dengan lainnya maka sama saja halnya dengan mengingkari semangat nabi di atas. Sementara kita tahu, ajaran kasih Nabi Muhammad itu untuk semua tanpa kecuali.
RK Minta Maaf
Terkait kegaduhan itu, keduanya pun sudah minta maaf.
“Saya memohon maaf, kadang-kadang dalam perkampanyean, situasi intensitas, hingar-bingar ya. Kalimat itu kadang pendek-pendek, kurang elaboratif, diksi-diksi yang dipilih mungkin kurang pas,” kata Ridwan Kamil di Jakarta Selatan, Jumat (22/11/2024) seperti dikutip RRI.
Sedangkan Suswono juga serupa, menyampaikan permintaan maaf atas perkataannya saat acara deklarasi bersama relawan Bang Japar. “
Ya saya makanya mengeluarkan statement untuk minta maaf supaya karena memang bagaimanapun juga ya seseorang tidak lepas dari kesalahan,” ujar Suswono saat ditemui di kawasan Cakung, Jakarta Timur, Selasa (29/10/2024).