Kisah Murid Imam Ahmad Bin Hambal: Rela Jadi Pengemis Asal Bisa Belajar

Kisah Murid Imam Ahmad Bin Hambal: Rela Jadi Pengemis Asal Bisa Belajar

Kisah Murid Imam Ahmad Bin Hambal: Rela Jadi Pengemis Asal Bisa Belajar
Ilustrasi murid dan mursyid.

Seorang pria bernama lengkap Abu Abdurrahman Baqi bin Makhlad al-Qurthubi ulama kelahiran Andalusia dikisahkan memiliki semangat belajar yang tinggi. Ia rela menjadi pengemis asal bisa belajar dengan guru ilmu hadits idamannya yakni Imam Ahmad Bin Hambal.

Meski lahir dari keluarga yang serba kekurangan ekonomi, Abu Abdurrahman Baqi bin Makhlad al-Qurthubi tidak menyerah dengan keadaan, ia sudah sejak lama mengembara mencari ilmu dari kota ke kota lain hingga lintas negara. Negara-negara yang pernah ia singgahi antara lain Maroko, Aljazair, Tunisia, hingga Yordania.

 

Saat itu, Abu Abdurrahman Baqi bin Makhlad al-Qurthubi hendak belajar ke gurunya Imam Ahmad bin Hambal di Baghdad, Baqi menempuh perjalanan cukup jauh dari Makkah ke Bahgdad semua ia lakukan demi bisa belajar dengan guru idamannya. DIkisahkan, ketika Abu Abdurrahman Baqi bin Makhlad al-Qurthubi hampir sampai, ia mendengar kabar bahwa pengajian Imam Ahmad dicekal.

Sesampainya di Baghdad, Baqi menyewa tempat untuk istirahat sementara waktu, Baqi melihat ada kegiatan halaqoh, ulama yang tengah mengajar murid-muridnya. Saat ditemui, ulama tersebut adalah Yahya bin Ma’in, teman seperguruan Ahmad bin Hambal. Kesempatan ini di manfaatkan Baqi untuk bertanya-tanya seputar Imam Ahmad bin Hambal.

Abu Abdurrahman Baqi Makhlad al-Qurthubi meminta alamat rumah Imam Ahmad dan menuju ke rumah gurunya. Saat berjumpa terjadilah percakapan seperti ini:

“Wahai Abu Abdillah, aku datang dari jauh. Ini merupakan pertama kali aku datang ke negeri ini. Tujuanku satu, ingin belajar hadits kepada tuan,” ucap Baqi.

“Masuklah, jangan sampai ada orang yang melihatmu,” kata Imam Ahmad. “Dari mana sebenarnya asalmu?” “Dari ujung barat? “Afrika?” “Lebih jauh dari Afrika. Untuk pergi dari negeri hingga ke Afrika harus mengarungi lautan. Aku berasal dari Andalusia.”

“Jauh sekali negerimu. Aku sangat senang sekali jika bisa membantumu. Hanya saja aku sedang mendapat ujian, aku tidak diperbolehkan membuka majelis ilmu. Kau mungkin sudah mendengarnya.”

“Benar, aku tahu itu. Jika tuan mengizinkan, aku akan tetap rutin datang ke sini untuk belajar hadits. Agar tidak ada yang curiga, aku akan menyamar menjadi pengemis setiap kali ke sini. Nanti, jika aku sudah sampai di pintu, tuan bersikap kepada saya layaknya menemui pengemis. Jika setiap hari tuan bisa menyampaikan satu hadis saja untukku, itu sudah cukup.” pinta Baqi.

“Boleh, syaratnya kedatanganmu tidak diketahui olah orang lain, sekalipun oleh para muhaddits (ahli hadits.” “Baik, aku setuju dengan syarat tuan.”

Keesokan harinya, Baqi datang ke rumah Imam Ahmad dengan pakaian lusuh dan memegang tongkat, ia berkata di depan rumah Imam Ahmad layaknya orang pengemis “Semoga Allah memberi balasan kebaikan kepada tuan, semoga Allah memberikan rahmat kepada tuan, orang yang meminta sudah berada di dekat rumahmu.”

Kemudian terjadilah proses belajar mengajar di antara dua tokoh tadi, pengajian seperti ini berjalan cukup lama hingga akhirnya Imam Ahmad diizinkan kembali untuk membuka pengajaran. Karena sudah mengetahui kesabaran Baqi dalam menuntut ilmu, ia menempatkannya di tempat khusus di dalam majelisnya. (Syamsuddin adz-Dzahabi, Siyaru A’lamin Nubala, juz XVI, halaman 26).

Untuk diketahui, Imam Ahmad Bin Hambal sendiri dijuluki dengan sebutan Pimpinan Ahlusunnah wal Jama’ah. Julukan ini disematkan kepada Imam Ahmad Bin Hambal sebab kegigihannya memperjuangkan ajaran Ahlusunnah wal Jama’ah. Kiranya, etos semangat belajar Abu Abdurrahman Baqi bin Makhlad al-Qurthubi menjadi kisah inspiratif untuk para murid-murid agar lebih giat belajar, utamanya di perayaan hari guru seperti sekarang.