Tinggal di kota kecil di sisi timur Turki membuat saya harus menempuh jarak begitu jauh ke mana-mana. Untuk bisa sampai ke kota-kota besar, seperti Istanbul dan Ankara yang berada di bagian barat, saya perlu menempuh paling tidak satu hari dengan menumpang kereta atau bus. Selain itu, tak begitu banyak hal yang bisa dieksplor dari kota bernama Elazig ini.
Walaupun nyaris tak ada tempat wisata, terdapat begitu banyak masjid di kota ini. Setiap beberapa meter, bisa saya jumpai masjid yang berdiri megah dengan kubah besar dan menara yang menjulang. Dari begitu banyak masjid yang ada di Elazig, ada satu masjid bersejarah yang lokasinya tepat berada di pusat kota. Ia bernama Masjid Izzetpasa (İzzetpaşa Camisi).
Masjid Izzetpasa pertama kali dibangun pada tahun 1866 oleh Erzincanlı Hacı Ahmet İzzet Paşa, gubernur Elazig pada waktu itu. Masjid yang beralamat di Çarşı Hürriyet Cadde 102, 23100 Merkez ini sempat hampir runtuh sehingga dihancurkan pada tahun 1967 untuk kemudian dibangun ulang. Pembangunan itulah yang menghasilkan Masjid Izzetpasa yang berdiri sekarang.
Keberadaan masjid ini akan langsung tertangkap oleh mata begitu kita memasuki kawasan pusat kota. Pilar-pilarnya yang begitu tinggi dan kokoh berdiri seakan mencengkeram langit. Begitu pula ketika azan berkumandang dengan kencangnya, memanggil para pengunjung dan penduduk pusat kota untuk segera berbondong-bondong mendirikan salat.
Mengingat Masjid Izzetpasa berada di pusat kota, maka tak heran jika ada banyak sekali kios dan lapak pedagang di sekitarnya. Di bagian depan lantai dasar masjid ini, berderet puluhan kios emas. Sementara itu, di sisi belakangnya terdapat berbagai toko yang menjual oleh-oleh ibadah haji dan peralatan ibadah. Di tiga pintu masuk lainnya, berdiri berbagai macam restoran.
Para pemilik kios dan pedagang di wilayah sekitar Masjid Izzetpasa sangat disiplin dalam beribadah. Ketika azan zuhur berkumandang pada tengah hari, serempak sebagian besar toko dan kios di sekitar masjid tutup. Pemilik toko dan pegawainya akan beristirahat selama kurang lebih satu jam untuk mendirikan salat di masjid.
Masjid bergaya Ottoman yang memiliki lift
Masjid Izzetpasa berbeda dari sebagian masjid di Indonesia yang memiliki satu ruang besar lalu memisahkan bagian jemaah laki-laki dan perempuan dengan tirai atau pembatas lainnya. Di masjid ini, jemaah laki-laki dan perempuan mendirikan salat di ruangan yang benar-benar berbeda. Perbedaan ruangan tak hanya dari letaknya, melainkan juga ukuran dan interiornya.
Di ruang yang dikhususkan untuk jemaah laki-laki, lantainya terbuat dari marmer onyx yang kemudian ditutupi dengan karpet satu potong berukuran sangat besar. Bagian interior di atas serambi masjid dihiasi oleh pola bunga dan ayat berwarna-warni. Kaca jendela Masjid Izzetpasa juga menggunakan dekorasi dari kaca patri.
Masjid Izzetpasa mampu menampung banyak jemaah sekaligus. Total sebanyak 3.500 jemaah dapat beribadah bersama di serambi dan 5.000 lainnya di teras terbuka. Hal ini dikarenakan oleh luas masjid yang mencapai 44 x 28,5 meter.
Masjid Izzetpasa mengadaptasikan gaya arsitektural Ottoman dengan dua menara dan balkon. Kubah utama Masjid Izzetpasa berdiameter 20 meter dan dilengkapi oleh 25 kubah lain yang ukurannya lebih kecil. Selain itu, masjid ini juga mendapatkan titel sebagai masjid pertama di Turki yang memiliki lift. Lift berada di menara yang tujuannya untuk memudahkan muazin untuk mengumandangkan azan di lantai teratas menara.
Mengenakan alas kaki ke tempat wudu, bahkan dalam bilik salat
Toilet dan tempat wudu bagi jemaah Masjid Izzetpasa terletak cukup tersembunyi. Untuk perempuan, tempat wudu berada tepat di sebelah kiri tangga naik atau di belakang kios-kios emas. Sementara itu jemaah laki-laki harus naik dulu beberapa anak tangga dan tempat wudu ada di sebelah kanan.
Tak ada sandal yang disediakan oleh masjid bagi jemaah yang akan berwudu. Tak akan kita temukan pula orang bertelanjang kaki saat mengambil air wudu. jemaah harus mengenakan alas kaki milik masing-masing sampai ke tempat wudu. Di Elazig, sangat normal untuk mengenakan sepatu saat menyucikan diri. Sepatu hanya akan dilepas saat membasuh kaki.
Sepatu para jemaah pun tak ada yang diletakkan di luar ruang salat. Rak alas kaki tersedia dari pintu masuk hingga ke ruang salat.
Di dalam ruang salat untuk jemaah perempuan, tak tersedia mukena. Perempuan di Turki tidak mengenakan mukena ketika salat. Mereka umumnya menggunakan pakaian tertutup yang dilengkapi dengan kaos kaki. Itulah sebabnya di masjid manapun di Turki, hanya ada jubah, rok, dan kerudung yang dipinjamkan untuk para jamaah.
Ada tempat penyucian jenazah di halaman masjid
Tepat di halaman masjid di lantai dua, berbanjar kursi-kursi panjang. Setelah salat zuhur atau Jumat, kursi ini akan penuh oleh para lelaki Turki yang berbincang atau sekadar beristirahat sebelum kembali melanjutkan aktivitas. Di samping kursi ini terdapat tiga meja besar dari marmer. Meja ini bukan untuk meletakkan hidangan atau hiasan semata, melainkan tempat untuk menyucikan jenazah.
Ya, seluruh proses pemakaman bagi penduduk di sekitar pusat kota yang meninggal akan dilakukan di masjid ini. Jenazah akan dimandikan di meja marmer tersebut sebelum akhirnya dikafani dan disalatkan, lalu dikebumikan di pemakaman terdekat.
Masjid Izzetpasa bisa dicapai dengan berbagai cara. Di Elazig, semua bus dari jalur manapun pasti akan melintas di pusat kota. Jika Anda berangkat dari Firat University, Anda bisa naik bus jalur 5. Tepat di depan masjid pun ada halte sebagai pemberhentian yang paling dekat.
Sementara jika Anda baru saja tiba di Bandara Elazig, Anda bisa menumpang bus bernama Havaş Otobüs yang selalu bersiap di gerbang bandara. Jika naik Havaş Otobüs, Anda bisa turun di Öğretmen Evi yang lokasinya tak jauh dari Masjid Izzetpasa.
(AN)