Ada beberapa nama ulama kharimastik yang dijadikan nama jalanan di ibukota DKI Jakarta. Mulai dari nama Hadratusyaikh Hasyim Asy’ari hingga Buya Hamka..
Pemilihan nama ini menurutnya bukan tanpa sebab. Tapi, ada jejak historis ulama tersebut dalam masyarakat Betawi.
Meskipun tidak melulu urusan dengan Betawi, tapi sisi keulamaan yang menasional.
Jalan Buya Hamka di Casablanca, Jakarta Selatan
Mungkin tidak banyak yang tahu, salah satu ulama kharimatik bernama Haji Abdul Karim Amrullah atau biasa dikenal dengan nama Buya Hamka diabadikan sebagai nama jalan di kawasan Casablanca, Jakarta Selatan.
Penamaan ini terjadi pada 2015 lalu oleh Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama sebagai bentuk penghargaan kepada ulama tersebut.
“Orang kasih (nama pahlawan -red) itu dalam rangka penghargaan. Menghargai supaya generasi berikut itu kenal orang ini siapa. Sekarang kita mulai bikin nih, patung ini sejarahnya apa.
“Di Smart City mulai dikeluarin nih jadi orang bisa tahu ini patung siapa dan sejarahnya apa,” kata pria yang akrab disapa Ahok itu, dalam acara “Ketuk Pintu Layani dengan Hati” di rusunawa Pinus Elok, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur, Minggu (24/5/2015).
Syech Imam Nawawi Al Bantani di Jalanan Cakung-Cilincing
Di daerah Cakung-Cilincing yang dikenal warga sebagai jalan Cacing, Pemerintah Kota Jakarta Utara (Jakut) secara resmi mengganti nama tersebut dengan nama seorang ulama Syech Nawawi Al-Bantani.
Jalan ini terbentang sepanjang 5,9 km di Jakarta Utara. Jalanan ini menghubungkan wilayah administrasi DKI Jakarta dengan Jakarta Utara, serta Jakarta Timur.
Wilayah ini juga menjadi wilayah keturunan Syech Nawawi Al-Bantani tinggal. Ulama ini juga memiliki pengaruh yang besar untuk penyebaran Islam di DKI Jakarta dan Banten.
Syech Nawawi Al Bantani juga merupakan imam besar di Masjidil Haram, Mekah, serta merupakan kakeh buyut dari Wapres Indonesia saat ini KH Mar’uf Amin.
Jalan KH Syafii Hadzami di Jaksel
KH Muhammad Syafii Hadzami adalah ulama kharismatik dan mendirikan banyak sekali majelis taklim di Jakarta. Beliau lebih dikenal dengan nama Mualim Syafii Hadzami.
Nama beliau diabadikan sebagai nama jalan di kawasan Gandaria, Kebayoran, Jakarta Selatan.
Jalan KH Hasyim Asy’ari di Gambir, Jakpus
Beliau bernama lengkap Hadratusyeikh KH Hasyim Asy’ari, seorang ulama dari Jawa Timur dan merupakan pendiri Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1926.
Nama beliau sendiri dibadikan di banyak tempat di Indonesia. Tak terkecuali di DKI Jakarta, salah satunya di jalanan Gambir Jakarta Pusat.
Selain itu, ada lagi nama Jalan KH Hasyim Asy’ari di Glodok, namun orang-orang lokal sering menyebutnya dengan nama jalan Hashim Asari.
“Salah satunya di Jakbar daerah Glodok, tapi nulisnya K.H. Hashim Ashari berdasarkan dialek zaman dahulu,” kata Masrur yang merupakan kiai muda Betawi dari Cilincing, Jakarta Utara.
Jalan Habib Ali Kwitang di Jakpus
Di Jakarta Pusat, khususnya di daerah Kwitang, nama ulama ini begitu tersohor dan merupakan guru para ulama di Betawi.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan pada 2021 lalu mengusulkan nama Habib Ali Kwitang yang bernama asli Habib Ali Alhabsyi bin Abdurrahman ini sebagai nama jalan pengganti jalan Kembang III di Kwitang, Jakarta Pusat.
Habib Ali Kwitang memiliki banyak murid yang menjadi ulama terkenal dan berperan besar dalam berdakwah di Jakarta, seperti KH Abdullah Syafii, KH Tohir Rohili, dan banyak lainnya.
Beliau mejadikan Masjid Al-Riyadh di kawasan Kwitang, Senen, Jakarta Pusat sebagai pusat penyebaran agama Islam. Masjid tersebut juga berperan dalam menyiarkan kabar Proklamasi Kemerdekaan RI.
Itulah beberapa ulama kharismatik yang diabadikan sebagai nama jalan di DKI Jakarta. Masih banyak lagi ulama-ulama lain seperti KH Abdullah Syafe di Tebet Jakarta Selatan hingga KH Mas Mansur di Jakarta Pusat.