Keimanan seorang pemimpin mestinya tidak lagi dilihat dari rajin salatnya atau rajin sedekahnya, melainkan dinilai dari sejauh mana ia bisa dan mampu menjaga amanah. Berikut khutbah Jumat tentang menjaga amanah yang menjadi bagian dari keimanan.
Khutbah Jumat: Menjaga Amanah adalah Parameter Kuatnya Keimanan Seorang Pemimpin
اَلْحَمْدُ لِله رَبِّ الْعَالَمِينَ . اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ عَلى نِعْمَةِ الإسْلَامِ وَالْاِيْمَانِ .وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْ جَعَلْتَنَا مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وّالسَّلَامُ. وَأشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ . وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِين.
مَّا بَعْدُ عِبَادَ الله. فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الَّذِي أَرْسَلَ مُحَمَّدًا بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا. أُوْصِيْكُم وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الَّذِي رَحِمْنَا بِبِعْثَةِ مُحَمَّدٍ وَأَنْزَلَ عَلَى قَلْبِ حَبِيْبِهِ مُحَمَّدٍ:” أَعُوذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ”
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang telah memberikan kita petunjuk-Nya melalui Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada beliau, keluarga, sahabat, dan umatnya yang setia mengikuti jalan beliau hingga akhir zaman.
Hadirin sekalian, marilah kita perkuat ketakwaan kita kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya dengan cara menjauhi larangannya dan mematuhi perintahnya. Dengan demikian, insyaAllah kita akan mendapat ridha-Nya.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Pada kesempatan yang penuh berkah ini, marilah kita merenungkan salah satu aspek penting dari ajaran Islam yang sering kali diabaikan, yaitu amanah. Dalam kitab Khasā’is al-Ummah al-Muḥammadiyyah karya Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani, khususnya dalam bab Sharaf al-Amānah wa al-Wafā’ bi al-Wa‘īd (Kemuliaan Amanah dan Menepati Janji), kita diingatkan tentang betapa tingginya nilai amanah dalam Islam dan betapa pentingnya kita menepati setiap janji yang telah diucapkan.
Jamaah Jumat yang berbahagia,
Amanah merupakan salah satu karakteristik utama yang membedakan umat Nabi Muhammad SAW dari umat-umat lainnya. Rasulullah SAW sendiri dikenal dengan julukan “Al-Amin,” yang berarti “Yang Terpercaya.” Ini menunjukkan betapa pentingnya sifat amanah dalam kehidupan seorang Muslim. Amanah tidak hanya berarti menjaga barang titipan, tetapi mencakup segala aspek kehidupan—baik dalam hal ibadah, muamalah, hingga janji yang kita buat kepada sesama manusia dan Allah SWT.
Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki menjelaskan bahwa amanah adalah dasar dari semua hubungan manusia. Ketika amanah diabaikan, rusaklah kepercayaan di antara manusia, dan hancurlah tatanan masyarakat. Oleh karena itu, menjaga amanah adalah bagian dari menjaga keberlangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Menepati janji juga merupakan bagian dari amanah. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا
“Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawaban.” (QS. Al-Isra: 34).
Ayat ini menegaskan bahwa setiap janji yang diucapkan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT. Ini adalah peringatan bagi kita semua untuk tidak main-main dengan janji, baik itu janji kecil maupun besar. Menepati janji adalah bentuk nyata dari keimanan seseorang kepada Allah SWT.
Sidang Jumat yang dirahmati Allah,
Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki juga menekankan bahwa salah satu kemuliaan umat Islam adalah kemampuan mereka untuk menjaga amanah dan menepati janji meskipun dalam kondisi yang sulit. Ini adalah bentuk pengorbanan dan bukti ketaatan kita kepada Allah SWT. Bahkan, dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa orang yang tidak menepati janji dan amanah akan mendapat hukuman yang berat di akhirat kelak.
Dalam Islam, iman dan amanah memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tidak hanya dari segi makna, tetapi juga dari segi bahasa, keduanya terdiri dari tiga huruf yang sama dalam bahasa Arab: Alif, Mim, dan Nun. Hal ini memberikan kita pelajaran mendalam bahwa iman dan amanah saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Iman yang sejati tidak hanya sekadar pengakuan dengan lisan atau keyakinan di dalam hati, tetapi harus tercermin dalam perbuatan nyata. Salah satu manifestasi dari iman yang benar adalah menjaga amanah, terutama amanah dalam kepemimpinan. Oleh karena itu, tidaklah sempurna iman seorang pemimpin jika ia tidak dapat menjaga amanah yang telah diberikan kepadanya. Rasulullah SAW bersabda:
لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ، وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ
“Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janji.”
Hadis ini menegaskan bahwa iman dan amanah adalah dua hal yang saling melengkapi. Ketika amanah tidak dijaga, iman seseorang, terutama seorang pemimpin, menjadi tidak sempurna. Ini bukan sekadar peringatan, tetapi juga sebuah tantangan bagi kita semua, terutama yang memegang tanggung jawab kepemimpinan, untuk selalu menjaga amanah dalam setiap keputusan dan tindakan kita.
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Seorang pemimpin diberi tugas untuk menjadi contoh dan teladan dalam menjaga amanah. Ketika seorang pemimpin berbicara tentang amanah, seharusnya tidak hanya berbicara tentang menjaga barang titipan atau menepati janji, tetapi juga tentang menjaga kepercayaan dan tanggung jawab terhadap rakyat yang dipimpin.
Pemimpin yang tidak menjaga amanah adalah seperti pohon tanpa buah. Pohon itu mungkin saja tumbuh tinggi dan terlihat kokoh, tetapi tidak akan memberikan manfaat nyata tanpa menghasilkan buah. Begitu pula dengan iman seorang pemimpin, ia tidak akan memberi manfaat penuh bagi rakyatnya jika tidak diiringi dengan amanah. Inilah mengapa Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki dalam kitab Khasā’is al-Ummah al-Muḥammadiyyah menekankan bahwa menjaga amanah adalah salah satu tanda keimanan yang hakiki, terutama bagi mereka yang diberikan tanggung jawab sebagai pemimpin.
Sebaliknya, amanah yang dipegang teguh menunjukkan kedalaman dan kekuatan iman seorang pemimpin. Ketika kita menjaga amanah, kita sedang menunjukkan ketaatan kita kepada Allah SWT, yang merupakan inti dari iman. Amanah yang dijaga dengan baik juga akan memperkuat iman kita, karena kita sadar bahwa Allah SWT akan selalu mengawasi dan memberikan balasan atas setiap perbuatan kita, terutama dalam memimpin.
Hadirin sekalian,
Marilah kita renungkan, apakah selama ini kita sebagai pemimpin sudah menjaga amanah dengan baik? Apakah iman kita sudah tercermin dalam perbuatan nyata, terutama dalam hal menjaga amanah sebagai pemimpin? Jika kita merasa ada kekurangan, mari kita perbaiki bersama. Sebab, iman yang sempurna tidak bisa dipisahkan dari amanah, terutama dalam kepemimpinan. Dengan menjaga amanah, kita tidak hanya menjaga hubungan kita dengan rakyat yang kita pimpin, tetapi juga memperkuat hubungan kita dengan Allah SWT.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan untuk menjaga iman dan amanah kita sebagai pemimpin, sehingga kita bisa menjadi umat yang benar-benar memahami dan menjalankan ajaran Rasulullah SAW dengan sebaik-baiknya.
أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
Khutbah Jumat Kedua
اَلْحَمْدُ لِلّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَر، وَأَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه، إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَر، وَاَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلإِنْسِ وَالْبَشَرِ.اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَر.أَمَّا بَعْدُ:فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ، وَذَرُو الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَن، وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِه، وَثَنَّى بِمَلاَئِكَتِهِ الْــمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِه، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: ((إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيّ، يآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا))
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَات، بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّات،
اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَن، وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَن، عَنْ بَلَدِنَا هَذَاخَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بَلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ الله، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوااللهَ الْعَظِيْمِ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَر
Baca juga teks khutbah Jumat yang lain di sini.