Nama Rufaydah adalah nama pertama yang dikenal sebagai dokter sekaligus perawat pada Zaman Rasulullah SAW. Beberapa nama universitas, nama daerah, nama jalan disematkan dari nama Sahabiyah Rufaydah. Salah satunya adalah nama perguruan tinggi kedokteran di Yordania yang mengabadikan nama Rufaydah.
Nama Rufaidah dikenal dengan nama Rufaydah Al-Aslamiyah Al-Ansariyah Radiyallahu anha. Maka sudah jelas bahwa Rufaydah adalah sahabiyah yang hidup di masa Rasulullah SAW. Kisah Rufaydah diceritakan dalam beberapa Hadis Rasulullah SAW.
Dari Mahmud bin Lubaid ra. berkata “ketika perang khandaq (perang parit zaman Rasulullah SAW), pergelangan kaki Sa’ad terluka dan saat itu diobati oleh seorang Perempuan bernama Rufaydah, yang juga sedang merawat sahabat yang terluka dalam perang, kemudian Rasulullah SAW berada di sana dan menemui Sa’d.
Kemudian Rasulullah SAW menanyakan keadaan Sa’ad “Bagaimana malammu? Bagaimana pagimu?”
Maka Sa’ad menjawab pertanyaan Rasulullah SAW”. Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Sa’d dalam Kitab Ath-Tabaqat al-Kubra dan dikuatkan kebenarannya oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Kitabnya Al-Isabah fi Tamyiz Al-Sahabah.
Rufaydah mendirikan tenda di sekitar Masjid Nabawi untuk mengobati pada sahabat yang terluka dalam peperangan. Tenda inilah digambarkan seperti rumah sakit islam pertama dalam Islam. Rufaydah tumbuh dalam keluarga yang menguasai ilmu kedokteran. Ayah Rufaydah yang Bernama Sa’ad Al-Aslami adalah juga seorang dokter.
Baca juga: Mengenal Sahabiyah dan Pekerjaan Perempuan di Zaman Rasulullah SAW
Rufaydah berasal dari keluarga yang kaya sehingga kekayaannya banyak didedikasikan di tenda rumah sakitnya. Rufaydah tidaklah sendirian dalam menolong sahabat yang terluka. Rufaydah juga membentuk tim perawat di tendanya dalam menangani sahabat yang terluka. Diceritakan bahwa istri Rasulullah SAW juga sering menemani Rufaydah. Aisyah radiyallahu anha adalah salah satu istri Rasulullah SAW yang belajar ilmu medis dari Rufaydah.
Diriwayatkan dalam beberapa Hadis Rasulullah SAW bahwa selain Rufaydah, ada beberapa sahabiyah seperti Ar-Rubai’ binti Mu’awwid, Ummu ‘Athiyah al-Ansariyah, dan Ummu Sulaim yang juga menekuni ilmu medis dalam rangka mengobati para sahabat yang terlula dalam peperangan. Hal tersebut tercantum dalam Sahih Bukhari dan Sahih Muslim.
Dari kisah para sahabiyah yang menekuni ilmu medis ini kita dapat mengambil hikmah bahwa perempuan memiliki derajat yang tidaklah lebih rendah dari laki-laki.
Kita dapat lihat pada zaman Rasulullah SAW bahwa para sahabiyah diberikan ruang dalam bermasyarakat. Hikmah lain yang dapat kita teladani adalah ketulusan para sahabiyah dalam belajar, bekerja, dan bermasyarakat. Semoga kita menjadi perempuan tangguh yang bermanfaat untuk umat.