Islami.co (Haji 2024) — Mendapatkan predikat sebagai haji mabrur memang dambaan seluruh jemaah haji. Semua orang berlomba-lomba untuk mendapatkan predikat prestis ini.
Ada satu kisah menarik terkait haji yang mabrur. Kisah ini tercantum dalam kitab I’anatut Tholibin karya ulama kenamaan Sayid al-Bakr ibnu Sayid Muhammad Syatha ad-Dimyati.
Diceritakan, ada seorang ulama bernama Ali ibnu Muwaffaq. Ia merupakan salah satu jemaah yang berangkat haji pada tahun itu. Suatu hari ia tertidur dan bermimpi melihat dua malaikat yang sedang berdialog.
Kedua malaikat itu sedang membicarakan jemaah yang meraih predikat mabrur saat itu.
Salah satu malaikat bertanya, “Kamu tahu berapa banyak jamaah yang berangkat haji tahun ini, dan berapa yang diterima?”
“Tidak,” jawab malaikat yang lain.
“Ada enam ratus ribu jemaah yang berhaji pada tahun ini, namun hanya enam orang yang mendapatkan predikat mabrur,” jawabnya.
Menguping perbincangan dua malaikat itu, Ali bin Muwaffaq terkejut. Ia juga khawatir bahwa ia bukan termasuk dari enam orang yang disebutkan oleh salah satu malaikat itu. Ia takut ibadah haji yang ia lakukan dengan menghabiskan harta dan tenaga ditolak begitu saja oleh Allah Swt.
Di alam mimpi itu, Ali bin Muwaffaq melanjutkan ibadah hajinya. Ia pun melakukan wukuf di Arafah serta mabit di Muzdalifah dan Mina. Ketika tengah melaksanakan ritual hajinya, ia melihat dua malaikat yang turun dari langit. Kedua malaikat itu kembali berbincang.
“Tahukah kamu bahwa Allah telah memutuskan sesuatu?” tanya malaikat pertama kepada temannya. Dalam I’anat disebutkan bahwa malaikat itu bernama Abdullah.
“Tidak, apa itu?” jawab temannya.
“Memang dari sekian ratus ribu orang yang berhaji, hanya enam yang diterima. Tapi masing-masiang dari enam orang itu diberi kesempatan untuk memberikan. pertolongan (syafaat) bagi seratus ribu jemaah lain.”
Mendengar hal itu, Ali bin Muwaffaq langsung terbangun dari mimpinya. Ia begitu bahagia. Pasalnya ia tak perlu lagi mengkhawatirkan bahwa ia termasuk dari enam orang yang diterima hajinya atau tidak. Ia cukup puas dengan ucapan malaikat yang paling akhir, yaitu, semua jemaah diterima ibadah hajinya karena syafaat (pertolongan) dari jemaah yang lain
Jangan Tinggalkan Temanmu! Siapa Tahu, Dialah yang Akan Menolong Ibadah Hajimu
Kisah Ali bin Muwaffaq itu bisa menjadi ibrah penting. Kita tidak boleh terlalu percaya diri dengan berbagai rangkaian ibadah haji yang telah dilakukan. Siapa tahu karena beberapa hal yang tidak kita sadari, haji yang kita lakukan ditolak oleh Allah Swt.
Dari kisah di atas, kita juga bisa mengambil pelajaran penting untuk tidak menyia-nyiakan atau meninggalkan teman yang berhaji bersama kita. Terkadang, karena ingin segera menyelesaikan rangkaian ibadah haji, kita jadi tak mau menunggu teman yang lain. Karena ingin khusyu berhaji, kita jadi tidak peduli. Padahal siapa tahu, justru haji mereka yang diterima oleh Allah. Atas syafaat mereka, haji kita akhirnya juga bisa diterima.
Wallahu a’lam.