Rentan Panik di Tanah Suci, Lansia Perlu Pendampingan dan Persiapan

Rentan Panik di Tanah Suci, Lansia Perlu Pendampingan dan Persiapan

Rentan Panik di Tanah Suci, Lansia Perlu Pendampingan dan Persiapan
Petugas Haji membantu mengangkat kursi roda jemaah haji perempuan saat hendak masuk ke toilet. (Alvin–islamidotco/MCH 2024)

Islami.co (Haji 2024) —  Tim dokter KKHI Bandara menilai faktor utama yang menyebabkan jemaah lansia panik di Tanah Suci adalah kebingungan dan perubahan lingkungan yang signifikan.

Dokter KKHI Bandara, dr Aria mengatakan kepanikan lansia dapat dicegah dengan pendampingan yang memadai, baik dari keluarga maupun pihak lain yang lebih muda.

“Pencegahan yang paling penting adalah dengan memberikan pendampingan kepada jemaah lansia,” ujar dr Aria, Senin 3 Juni 2024.

Menurutnya, pendamping lansia tidak harus dari keluarga, tapi juga orang lain yang lebih muda dan dapat membantu jemaah dalam berkomunikasi dan beraktivitas.

Selama perjalanan, jemaah lansia diajak untuk berbincang-bincang dan berzikir agar terjalin hubungan yang baik dan nyaman. Istirahat, makan, dan minum yang teratur juga penting untuk menjaga kesehatan dan kebugaran jemaah.

Perubahan lingkungan di Arab Saudi, seperti perbedaan waktu dan cuaca, serta bertemu dengan orang baru, dapat menyebabkan kebingungan dan kepanikan pada jemaah lansia. Oleh karena itu, penting untuk mengantisipasi hal ini sejak awal, terutama bagi jemaah lansia.

“Penanganan jemaah lansia yang panik harus dilakukan secara bersama-sama, jangan biarkan mereka sendirian. Sebaiknya 2-4 orang ditugaskan untuk menemani jemaah. Sama-sama orang Indonesia, pasti akan merasa asing jika berada di negara lain,” ujarnya.

Jika ada jemaah yang terlihat panik atau bingung, usahakan untuk mencarikan orang yang dapat berkomunikasi dengan bahasa daerah mereka. Hal ini akan memudahkan proses pendekatan dan membantu jemaah merasa lebih tenang.

Penting untuk selalu berhati-hati dan menghindari potensi tindakan kekerasan terhadap jemaah yang panik. Pendekatan verbal dengan bahasa yang mudah dipahami biasanya sudah cukup untuk mengatasi situasi ini. Penggunaan obat-obatan sedapat mungkin diminimalisir.

Tantangan Armuzna, dengan jarak tempuh yang jauh dan cuaca panas, dapat berakibat pada dehidrasi, terutama pada jemaah lansia yang irit minum. Sosialisasi tentang pentingnya minum, makan, dan istirahat yang cukup, serta berzikir, harus dilakukan sejak awal keberangkatan.

“Jika terjadi situasi panik di Tanah Suci, ada dua cara yang dapat dilakukan, yaitu penanganan medis atau verbal,” kata dr Aria. 

Pendekatan verbal biasanya sudah cukup untuk mengatasi situasi ini, namun jika diperlukan, penanganan medis juga dapat diberikan.

Dengan persiapan dan pendampingan yang matang, diharapkan jemaah lansia dapat melaksanakan ibadah haji dengan lancar dan tenang.

(AN)