Manusia diciptakan Allah SWT bukan sebatas untuk beribadah dan menyembah kepada-Nya. Mereka juga diamanahkan untuk menjaga dan memakmurkan bumi, salah satunya dengan mengelola sumber daya alamnya dengan baik, dan bukan malah merusaknya.
Berikut Khutbah Jumat tentang ajaran Islam untuk mengelola sumber daya alam dengan baik.
Khutbah I: Ajaran Islam Tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدىْ وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْكَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لآإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى خَاتَمِ اْلاَنْبِيَآءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ مُحَمَّدٍ وَّعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Sidang Jumat kaum muslimin yang dirahmati Allah.
Islam mengamanahkan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Artinya, Islam mengamanahkan manusia untuk memakmurkan bumi dengan segala isinya. Dalam Surat Hud ayat 61, Allah berfirman:
هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ
Artinya, “Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya),”” (Surat Hud: ayat 61).
Ulama tafsir menghimpun sejumlah makna “wasta‘marakum” atau “(Allah) menjadikan kamu pemakmurnya” pada ayat tersebut. Ulama tafsir berpendapat bahwa “wasta‘marakum” bermakna “Allah menjadikan kamu sebagai pemakmur dan penghuni bumi.” “Wasta‘marakum” bisa juga bermakna “Allah memerintahkan kamu untuk memakmurkan bumi.”
Thahir bin Asyur dalam Tafsir At-Tahrir wat Tanwir memaknai kata “isti‘mar” atau “i‘mar” pada ayat ini mengandung superlatif. Jadi makna ayat ini dapat dikatakan, “Allah benar-benar menjadikan kamu sebagai pemakmur bumi.”
Manusia, kata Thahir bin Asyur dalam tafsirnya, diamanahkan untuk memakmurkan bumi dengan bangunan, tumbuhan, dan pohonan karena itu semua merupakan cara dan tujuan melestarikan serta merawat bumi.
Sidang Jumat kaum muslimin yang dirahmati Allah.
Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam tafsir Al-Munir mengatakan, manusia dipercaya untuk memakmurkan bumi dengan aktivitas penanaman pohon, kerajinan tangan, pendirian bangunan, dan aktivitas tambang.
Menurutnya, bumi yang pasif menerima sentuhan tangan manusia sehingga memberikan manfaat kepada mereka. Sedangkan manusia diberikan bekal kemampuan akal untuk mengelola bumi secara baik. keduanya menunjukkan kuasa Allah swt.
Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya yang terkenal mengutip pendapat sahabat Zaid bin Aslam perihal Surat Hud ayat 61. Menurut Zaid bin Aslam, Allah memerintahkan manusia untuk memakmurkan kehidupan di bumi dengan menghadirkan kebutuhan mereka, yaitu membangun tempat tinggal dan menanam pohon.
Sebagian ulama tafsir, kata Al-Qurthubi, memaknai ayat ini sebagai pemberian ilham oleh Allah kepada manusia untuk memakmurkan bumi melalui aktivitas pertanian, penanaman pohon, penggalian sungai (pengairan), dan aktivitas pemakmuran bumi lainnya.
Sidang Jumat kaum muslimin yang dirahmati Allah.
Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya menceritakan kebijakan penguasa Persia yang dominan terfokus pada pembuatan sungai untuk pengairan dan penanaman pohon. Ini rahasia yang membuat negeri Persia berumur panjang.
Ketika salah seorang nabi bermunajat perihal rahasia umur panjang negeri Persia, Allah menjawab, “Bangsa Persia memakmurkan bumi-Ku dan para hamba-Ku hidup di atasnya.”
Imam Ar-Razi juga mengutip kisah Muawiyah di akhir hayatnya yang mengambil kebijakan untuk menghidupkan lahan-lahan yang tidur dan melakukan penghijauan. Ketika ditanya mengapa ia begitu antusias menghidupkan lahan-lahan yang mati itu, Muawiyah menjawab, “Aku terbayang-bayang oleh sebuah syair yang mengatakan, ‘Laki-laki sejati bukanlah ia yang tidak memberikan pencerahan dan bukan ia yang tidak memiliki jejak di bumi.’”
Imam Al-Baidhawi dalam tafsirnya memaknai kata “ista‘marakum fi ha” dengan atribut sustainibilitas dan kontinuitas. Menurutnya, Allah menempatkan manusia untuk tinggal di bumi untuk sementara dan mengamanahkan mereka untuk merawat bumi agar dapat diwariskan untuk generasi berikutnya.
Senada dengan Imam Baidhawi, Sayyid Thanthawi dalam tafsirnya mengartikan “isti‘mar” sebagai “i‘mar” atau secara harfiah bermakna menghidupkan, merawat, dan memberi umur panjang bagi bumi. Lawan kata “i‘mar” adalah “al-kharab” atau kerusakan, kebinasaan, keruntuhan, dan kefanaan. Manusia diamanahkan untuk merawat bumi dengan bangunan, pepohonan, dan pertanian.
Adapun larangan perusakan bumi disebutkan dalam Surat Al-A’raf: ayat 56 dan ayat 74:
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Artinya, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Surat Al-A’raf: ayat 56).
Sidang Jumat kaum muslimin yang dirahmati Allah.
Sebagai penutup khutbah singkat ini, kami kutip Surat Al- A’raf ayat 74.
وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ عَادٍ وَبَوَّأَكُمْ فِي الْأَرْضِ تَتَّخِذُونَ مِنْ سُهُولِهَا قُصُورًا وَتَنْحِتُونَ الْجِبَالَ بُيُوتًا ۖ فَاذْكُرُوا آلَاءَ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
Artinya, “Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan.” (Surat Al-A’raf: ayat 74).
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ بِاْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَالْآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُلِلَّهِ. أَشْهَدُ أَنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والرِّبَا وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ.
فَيَا عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَعَزَّ وَأَجَلَّ وَأَكْبَرْ