Nabi Muhammad, tak syak lagi, mewariskan banyak keteladanan kepada umat manusia. Tidak hanya keteladanan dalam hal ibadah semata, namun juga mengenai laku hidup sehari-hari, termasuk dalam hal kepemimpinan. Sosok Muhammad adalah sosok pemimpin. Tanpa kepemimpinan yang unggul, mustahil masyarakat madani terwujud di masa Nabi.
John Adair, Pofesor Kajian Kepemimpinan dari University of Surrey, menulis buku Kepemimimpinan Muhammad. Buku tersebut mengupas satu sisi perjalanan hidup Nabi Muhammad: teladan kepemimpinan. Sejarah Nabi dipadukan dan ditinjau dengan ilmu kepemimpinan. Penulis sejak mula mengatakan ia tidak berpretensi membuat biografi utuh Nabi Muhammad. Pun demikian, buku setebal 159 itu cukup memadai membincang karakter kepemimpinan Nabi.
Pada bagian awal, John Adair menelusuri nasab Nabi. Baginya, kepemimpinan Nabi Muhammad dibentuk antara lain karena Nabi lahir dari kalangan terhormat. Selain lingkungan di mana Nabi dibesarkan juga mendukung. John Adair juga sedikit banyak membahas keberhasilan Nabi dalam memimpin perang. Ia simpulkan: pemimpin bijakasana memiliki tiga unsur, yaitu kecerdasan, pengalaman, dan kebaikan.
Bakat mempimpin Nabi muncul juga ditopang oleh satu fakta bahwa Nabi adalah penggembala. Tentu saja menggembala bukan cuma perkara menjaga kambing atau domba. Menggembala, sebagaimana John Adair bilang, juga soal menjamin kesatuan dan keutuhan kawanan, memastikan hewan yang digembala mendapat makanan yang baik dan cukup, serta menuntaskan perkerjaan dari pagi hingga sore tanpa kurang satu kambing pun. Menggembala adalah memimpin. Padang rumput tak ubahnya medan penggemblengan. Nabi Muhmmad, dan nabi-nabi lain, telah melalui proses itu.
Nabi Muhammad, sebagaimana kita tahu, diutus untuk memperbaiki akhlak. Artinya, Nabi diutus untuk membawa perubahan. John Adair menulis: Perubahan memunculkan kebutuhan akan pemimpin, dan pemimpin mendatangkan perubahan. Pernyataan itu menegaskan peran penting Nabi sebagai pemimpin yang mampu membawa perubahan di tanah Arab. Atau para dai menyebutnya sebagai ‘…yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang’.
Mencari Pemimpin
Buku Kepemimimpinan Muhammad ditulis dengan tuturan yang jernih dan objektif. Menjadi menarik manakala di setiap akhir bab diberi ringkasan bernuansa renungan bertajuk “Poin-Poin Penting”. Poin-poin itu misalnya: satu sifat pemimpin sejati adalah rendah hati, dalam kepemiminan teladan adalah segalanya, penggembala yang baik memperhatikan kesejahteraan orang, bukan mencari keuntungan dari orang, seorang pemimpin menjadi bijak lewat bakat alam, praktik dan perenungan. Poin-poin itu memudahkan pembaca mendapat intisari teladan kepemimpinan nabi.
Bicara soal kepemimpinan kita barangkali teringat riuh Pilkada akhir-akhir ini. Sayangnya, di ibu kota, perdebatan masih berkutat seputar pemimpin kafir vs pemimpin muslim. Tidak membahas secara mendalam watak kepemimpinan masing-masing paslon. Debat yang tak substansial kerap hanya berujung pada caci maki dan bahkan fitnah. Agama menjadi komoditas dalam kemasan ‘mencari pemimpin’.
Buku Kepemimpinan Muhamamad tentu bukan hanya ditujukan kepada mereka yang maju ke gelanggang pilgub, pilwalkot, atau pilkades belaka. Atau untuk dibaca kepala sekolah, direktur dan rektor. Buku tersebut perlu dibaca siapapun. Bukankah setiap orang pada dasarnya adalah pemimpin, yang kelak akan diminta pertanggungjawaban? Bukankah memimpin diri sendiri lebih sukar dariapada memimpin orang lain? Wallahu a’lam. []
Baca tulisan tentang Rasulullah lainnya, atau dari Zakky Zulhazmi, klik