Sehabis pulang dari sebuah konferensi dan dialog lintas iman, pastor dan kiai duduk sebaris dalam pesawat. Mereka adalah teman lama dan terbiasa saling bercanda.
Laiknya teman lama, mereka akan berbicara apa saja. Selama perbincangan itu, datanglah seorang pramugari. Ia menawarkan sampanye untuk para penumpang, tak terkecali pastur dan kiai itu.
"Hallo, Tuan-tuan, ada yang mau sampanye?" tanya pramugari itu.
Mereka pun mendongakkan kepala. Pastur mulai berbicara, "Iya, terima kasih, Nona. Tolong dua gelas ya…."
Pramugari itu lalu datang ke tempat duduk pastur dan menuang sampanye, dua gelas. Pastur meminumnya dengan perlahan dan tampak nikmat sekali. Tak lama, ia menoleh ke pak Kiai.
"Ayo Pak Kiai, kita rayakan pertemuan ini dgn minum sampanye. Aku sudah minta dua gelas loh untuk kita," ajaknya.
Kiai tersenyum."Saya teh hangat saja," jawabnya, singkat.
Tak lama, Kiai pun meminta pramugari menyiapkan teh dan tak perlu lama ia menunggu, teh yang ia pesan datang. Kiai pun menyesapnya perlahan-lahan.
"Waaah… Pak Kiai jangan sungkan-sungkan gitulah. Kayak kita baru bertemu saja. Hahaha. Jarang-jarang kan kita minum sampanye bareng-bareng," paparnya.
Kiai melihat Pastur. Ia tersenyum, lalu menjawab, "Maaf, Kawan, agama saya melarang minum alkohol," jawabnya sembari tersenyum.
Sang Pastur terdiam sambil meminum sampanye miliknya sedikit demi sedikit.
“Waaah sayang sekali Pak Kiai, barang enak begini loh," tukasnya.
Pak Kiai hanya menghela nafas. Sampai di Bandara, mereka berjalan ke tempat penjemputan. Dari kejauhan datang 4 gadis cantik dan muda, sambil memanggil nama Pak Kiai tersebut
"Abah..Abah.. selamat datang…!"
Gadis-gadis itu memanggil-manggil dan sesampainya bertemu kiai, salah satu di antara mereka yang paling cantik datang dan mencium tangan kiai tersebut.
"Putrinya cantik-cantrik ya… kuliah semua?'
"Oooo.. yang ini istri saya," ujar kiai menunjuk yang paling cantik di antara mereka. "Sedangkan yang lain adalah adik dan sepupu saya. Saya kenalkan pastur saya," tambahnya.
Lalu mereka mengenalkannya. Pastur pun diam saja, sampai kemudian kiai tertawa.
"Lho… Pastur tidak ada istri yg jemput?" tanya Kiai itu.
Sontak, semua wajah melihat ke arah pastur itu. Pastur terdiam sejenak, lalu ia mendekat ke arah telinga kiai dan berkata lirih,"Hmmm…saya tidak punya istri, agama saya melarang saya menikah."
Kiai itu pun menahan tawa dan melihat wajah teman seperjalanannya itu. Tak lama, ia pun mendekatkan mukanya ke telinga temannya itu serupa dengan yang pastur lakukan terhadapnya.
"Waah…sayang sekali, padahal kayak gini enak loh dan Pastur tidak suka," bisiknya.
Lalu meledaklah tawa di antara keduanya dan membuat gadis-gadis yang menjemput itu keheranan. []