Sejauh ini berbagai tulisan yang membahas Lawatan Raja Salman ke Indonesia beberapa hari silam masih saja membanjiri jagat media sosial Indonesia. Banyak pengamat Timur Tengah dadakan yang ikut berkomentar, mulai dari sudut pandang agama, politik, ekonomi dan lain sebagainya.
Namun, ada yang perlu kita telaah kembali. Sejauh ini, orang yang biasa suka sewot dengan dinamika negeri ini adalah orang-orang yang cenderung berafiliasi wahabi. Namun, ketika ada hal baru seperti soal freeport dan raja Saudi ini datang, kenapa mereka nyaris tanpa suara nyinyir sebagaimana yang biasa mereka lakukan?
Kita bisa menebak, siapa sebenarnya dalang orang-orang wahabi yang biasa bikin ramai itu. Banyak di antara mereka memang digerakkan bukan dalam kapasitas mereka membela agama namun ekonomi atau kekuasaan.
Andai saja yang baru berkunjung ke Indonesia itu pejabat Iran, hampir bisa dipastikan isu syi’ah akan menjadi sajian beranda medsos kita. Jika itu benar-benar terjadi, bisa dipastikan, motif mereka adalah ekonomi.
Mereka itu adalah orang yang iri. Jutaan gas Indonesia merupakan import dari Iran dengan melalui pintu masuk importir besar negeri ini. Arab Saudi tidak kebagian.
Andai saja Raja Salman melawat ke Indonesia dengan misi ekonomi supaya ada kebijakan import yang menguntungkan mereka, itu sangat memungkinkan. Karena sejauh sejarah ini, selain urusan haji, umrah dan TKI, antara Indonesia dengan Arab Saudi tidak begitu ada hubungan.
Sekali lagi, masihkah anda percaya bahwa wahabi itu digerakkan dengan hati nurani? Atau digerakkan karena kekuasaan dan ekonomi?