Manusia adalah khalifah di muka bumi ini. Lalu, apakah yang dimaksud dengan khalifah?
Pernahkah kamu terpikirkan, apa tujuanmu hidup di dunia? Untuk mempersiapkan diri menuju akhirat? Untuk menjadi kaya raya? Atau supaya memiliki kedudukan tinggi?
Jika merujuk pada QS: Al-Baqarah: 30, Allah SWT telah menyatakan bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah. Sedangkan dalam sabda Rasulullah SAW disebutkan bahwa manusia dan jin diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah Swt.
Lalu apa yang dimaksud dengan kehidupan manusia sebagai khalifah?
Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah mengutip ungkapan Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi, bahwa kata “hidup” dalam al-Qur’an dimaknai sebagai sesuatu yang mengantar kepada berfungsinya sesuatu dengan tugas yang ditentukan baginya. Artinya, sesuatu dikatakan hidup jika ia bisa menjalankan peranannya.
Tanah misalnya, ia berfungsi sebagai tempat berseminya tumbuhan. Jika ia gersang, al-Qur’an menamainya mati, dan jika ia subur, ia baru disebut hidup. Demikian pula seharusnya manusia, ia berfungsi sebagai khalifah dan hamba Allah. Jika ia merusak dan durhaka, berarti dia tidak hidup, melainkan mati.
Lebih lanjut Quraish Shihab dalam Khalifah, Peran Manusia di Bumi menyatakan, Imam ath-Thabari berpendapat bahwa khalifah adalah anak keturunan Adam yang silih berganti menghuni bumi. Allah SWT menjadikannya khalifah untuk mengelola dan menegakkan hukum atas nama-Nya.
Maka dari itu, manusia yang pantas disebut khalifah adalah yang melaksanakan tugas-tugas tersebut dan meneruskan fungsi Adam dalam ketaatan pada Allah SWT. Sebaliknya, orang yang menumpahkan darah dan melakukan kerusakan di muka bumi tidak layak disebut khalifah.
Pernyataan ini sejalan dengan hakikat tujuan kehidupan manusia. Seorang hamba yang mampu menjaga ketentraman dan kesejahteraan di muka bumi, ia adalah manusia yang benar-benar hidup, karena ia mampu menjalankan fungsinya sebagai khalifah. Sebaliknya, orang yang berbuat kerusakan, sejatinya ia sudah dianggap mati. Meskipun keberadaannya masih dapat kita lihat dan rasakan.
Demikian pula tujuan manusia untuk beribadah. Seorang muslim yang tidak beribadah berarti dianggap telah mati, karena ia tak menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah Swt.
Berdasarkan makna ini, kata mati bisa dipahami dengan artian yang sangat luas. Ia bisa berarti terpisahnya ruh dari jasad, bisa juga menunjukkan makna ketiadaan fungsi manusia di atas pentas bumi. Maka dari itu, hendaknya manusia menjalankan perannya di dunia dengan sebaik-baiknya, agar wujudnya tak hanya berupa jasad semata, tetapi juga peran nyata yang nampak bagi sesama. (AN)
Penjelasan lebih lengkap bisa dibaca di Tafsir Surah al-Mulk ayat 2 dalam Tafsir al-Mishbah. Baca tulisan tentang tafsir Al-Misbah di sini. Kamu juga bisa order di sini Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab (diskon 10%).