Di Mesir Natal dirayakan pada tanggal 7 Januari, mayoritas umat kristiani di Mesir adalah penganut Kristen Koptik yang memang merayakan Natal pada tanggal 7 Januari berdasarkan kalender yang mereka yakini. Seorang kawan dari Universitas Al Azhar Kairo bercerita kepada penulis, suasana perayaan Natal di Mesir tidak seheboh sebagaimana di Indonesia, di Mesir penjagaan terhadap gereja-gereja tidak berlebihan, tradisi menghias pohon natal atau atribut ala sinterklas juga tidak menonjol di tempat publik. Namun meski demikian spanduk-spanduk ucapan selamat Natal banyak ditemui, bahkan pihak Universitas Al Azhar Kairo mengirim utusan resmi mengunjungi gereja dan mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristiani. Pemerintah Mesir menjadikan perayaan Natal tanggal 7 januari sebagai hari libur resmi nasional sejak tahun 2002 silam.
Berbeda dengan di Irak, suasana Natal di negeri ini dirayakan di tengah keprihatinan dan di bawah bayang-bayang ancaman ISIS. Munculnnya ISIS yang menguasai sepertiga wilayah Irak sejak 2014 membuat umat kristiani Irak tertindas dan terusir dari tanah airnya, di Ninawa sekitar 200 ribu umat kristen terpaksa harus mengungsi sejak ISIS mencaplok daerah tersebut. Umat kristiani adalah bagian dari Irak, mereka telah hidup ribuan tahun di negeri ini. ISIS menutup gereja-gereja dialih fungsikan untuk kepentingan mereka, semua simbol-simbol yang berbau kristen seperti Salib dihilangkan, warga kristen yang bertahan tinggal dihadapkan pilihan untuk pindah keyakinan atau akan dikenakan jizyah (membayar sejumlah uang) kepada pejabat ISIS.
Populasi umat kristiani di Irak terus menyusut karena mengungsi ke luar negeri seiring meningkatnya peperangan antara pemerintah Irak dan ISIS, sepanjang tahun 2015 pemerintah Irak baru berhasil merebut kembali 6% wilayah dari ISIS termasuk kota Tikrit. Sementara saat ini militer Irak dibantu sekutunya berusaha keras merebut kota Ramadi dari tangan ISIS.
Umat kristiani yang tinggal di wilayah yang dikuasai ISIS alih-alih merayakan Natal, umat Islam pun saat ini tidak bebas merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, bagi ISIS merayakan Maulid Nabi adalah perbuatan yang terlarang karena dipandang perbuatan bertentangan dengan ajaran ISIS, seorang pria di kota Mosul Irak harus menerima hukuman cambuk di depan umum karena kedapatan merayakan Maulid Nabi dengan membagi-bagikan permen ke anak-anak, seperti dilansir media al ghadeer tv (24/12).
Namun meski perayaan Natal di Irak dalam suasana prihatin, pemerintah Irak tetap berusaha menciptakan suasana Natal yang normal bagi warganya sebagaimana dirasakan umat kristiani di seluruh dunia, di Baghdad ibukota Irak suasana Natal tampak begitu terasa.
Sedangkan di negara Suriah suasana Natal tak lebih baik dari Irak, Suriah menghadapi perang lebih berat daripada Irak, pemerintah Suriah saat ini tak hanya menghadapi rongrongan ISIS tapi juga militan Al Qaeda, Ahrar Sham dan militan asing lainnya. Situasi semakin memburuk karena para militan tersebut tak ada bedanya dengan ISIS dalam menyikapi umat kristen. Para militan tersebut menutup dan menghancurkan tempat ibadah umat kristen, simbol-simbol suci umat kristen juga dimusnahkan, warga yang beragama kristen dihadapkan pilihan pindah agama atau membayar jizyah. Bahkan yang terburuk adalah mereka menghadapi penculikan yang dilakukan ISIS. ISIS menculik sejumlah warga kristen Suriah dan menuntut tebusan sejumlah uang untuk kebebasan mereka.
Banyak umat kristen Suriah saat ini merayakan Natal di pengungsian dan terpisah dengan keluarganya, umat kristen Suriah banyak ditampung negara tetangga Lebanon, bahkan tak sedikit mereka mengungsi ke negara Eropa.
Pemerintah Suriah telah kehilangan banyak wilayahnya, sebagian besar jatuh ke tangan ISIS. Meski dalam suasana sulit, di jantung Suriah yakni Damaskus presiden Suriah Bashar al Assad secara khusus mengunjungi gereja kota Damaskus di mana umat kristen Suriah sedang melakukan persiapan perayaan Natal, sedangkan First Lady of Syria Asma Al ssad mengunjungi panti asuhan di Maydan, Damaskus dalam momentum Natal menghibur anak-anak yatim. Ribuan warga memadati jalan-jalan kota Damaskus merayakan dan menikmati kemeriahan festival dan karnaval menyambut Natal. Bahkan para relawan Suriah secara spesial mengunjungi tentara Suriah yang sedang bertugas di garis depan di Jobar, Damaskus demi berbagi keceriaan suasana Natal. Kemeriahan Natal di Suriah tak hanya jadi milik umat kristen Suriah, umat Islam dan Druze juga turut serta berpartisipasi menyemarakkan.
Dalam momentum Natal tersebut mereka menyampaikan pesan kepada dunia, bahwa warga Suriah merindukan kedamaian negerinya dan berharap Natal tahun depan mereka merayakan Natal bersama keluarga dan perang segera berakhir.