Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, disebutkan peristiwa mukjizat Nabi Muhammad SAW yang mampu membelah bulan:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُأَنَّ أَهْلَ مَكَّةَ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُرِيَهُمْ آيَةً فَأَرَاهُمْ الْقَمَرَ شِقَّتَيْنِ حَتَّى رَأَوْا حِرَاءً بَيْنَهُمَا
“Dari Anas bin Malik RA, bahwa penduduk Makkah meminta kepada Rasulullah SAW agar beliau menunjukkan tanda-tanda (mukjizat). Maka beliau memperlihatkan kepada mereka dimana bulan terbelah menjadi dua bagian hingga dapat terlihat gua Hira dari celah diantaranya.” HR Bukhari, 3579
Hadis ini memenuhi syarat keshahihan sanad sehingga layak untuk dikaji lebih lanjut dikarenakan semua syarat keshahihan sanad telah dapat terpenuhi. Peristiwa terbelahnya bulan telah terjadi pada 14 abad yang lalu yang dibuktikan melalui catatan sejarah hadis Rasulullah. Tidak hanya hadis, peristiwa terbelahnya bulan juga dijelaskan oleh Allah dalam al-Qur’an surat al-Qamar ayat pertama:
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ
“Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan.”
Sebagian besar ahli tafsir berpendapat bahwa bulan memang terbelah di zaman Nabi Muhammad SAW Sekitar 5 tahun sebelum hijrah atau sekitar tahun 607 M. Saat itu orang-orang kafir Makkah menantang Nabi untuk menunjukkan mukjizatnya. Kemudian Nabi menunjuk ke arah bulan lantas bulan pun terbelah menjadi dua. Sebagian jatuh di Jabal Abi Qubaisy dan sebagian lagi jatuh di Mina. Namun ada juga pendapat yang mengatakan bahwa bulan terbelah menjadi dua, dimana sebagian berada di sisi Gunung Safa dan sebagian yang lain berada di Qaikaan.
Prof Dr. Zaghlul al-Najar seorang, seorang pakar Geologi Muslim dalam sebuah wawancara di televisi mendapati pertanyaan dari salah seorang warga Inggris tentang kandungan QS al-Qamar ayat pertama tersebut.
Dia mendapatkan pertanyaan “Apakah ayat tersebut mengandung mukjizat secara ilmiah?”, beliau menjawab “Tidak, sebab kehebatan ilmiah diterangkan oleh ilmu pengetahuan sedangkan mukjizat tidak bisa diterangkan ilmu pengetahuan sebab ilmu tidak akan bisa menjangkaunya. Adapun terbelahnya bulan, hal itu adalah mukjizat yang terjadi pada masa Rasulullah sebagai pembenaran atas kenabian dan kerasulannya, sebagaimana Nabi-Nabi sebelumnya.”
Zaghlul dalam bukunya Al-I’jazul Ilmy mengatakan bahwa dalam sebuah Konferensi di Cardiff University, Inggris, ada pengakuan dari ilmuwan Amerika tentang tanda bekas terbelah di permukaan bulan. Akan tetapi, hal ini tidak disertai bukti ilmiah. Kemungkinan lain yang terjadi adalah mu’jizat tersebut hanya dilihat oleh penduduk Makkah dengan radius beberapa kilometer saja.
Peristiwa persaksian tersebut bisa saja terjadi sebagaiaman yang diungkapkan Michael Talbot dalam buku Mysticism and the New Physic, bahwa fenomena tersebut oleh Carl G.Jung, seorang psikiater asal Swiss disebut dengan mass hallucination (fenomena halusinasi massal). Apa yang disaksikan bahwa Nabi Muhammad membelah bulan bukanlah sebuah sihir, melainkan suatu realita lokal yang ditangkap oleh indera sekelompok manusia setempat.
Kisah tentang peristiwa Nabi Muhammad membelah bulan yang dikutip oleh Zaghlul adalah sebagai berikut. Kisah ini terjadi sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Orang-orang Musyrik berkata “Wahai Muhammad, kalau engkau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami suatu kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu?”
Rasulullah kemudian bertanya “Apa yang kalian inginkan?” mereka menjawab “Coba belah bulan…” Rasulullah lantas berdiri dan diam lalu berdoa kepada Allah dan memohon pertolongan.
Kemudian Allah memberi tahu kepada Muhammad agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Pada saat itu pula, bulan terbelah menjadi dua. Orang-orang musyrik berkata “Muhammad, engkau benar-benar telah menyihir kami”. Akan tetapi para ahli berkata bahwa sihir memang benar-benar bisa menyihir orang yang berada disampingnya dan belum tentu untuk orang yang tidak berada di tempat itu.
Orang-orang Quraisy lalu bergegas menuju keluar batas kota Makkah untuk menanti orang-orang yang pulang dari perjalanan. Ketika ada rombongan yang datang kemudian mereka (Orang-orang musyrik) bertanya “Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?” mereka menjawab, “Iya benar, pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh kemudian bersatu kembali.” Mendengar jawaban tersebut sebagian dari orang Kafir Quraisy ada yang beriman, tapi ada juga yang tetap kafir.
Sejarah umat Islam mencatat bahwa Nabi Muhammad SAW pernah membelah bulan. Namun rekaman sejarah peradaban lain juga menginformasikan bahwa bulan pernah terbelah. Antara lain temuan ini terdapat dalam catatan sejarah India dan China kuno. Dalam buku Ma Dalla ‘Alaihi al-Quran, Sayyid Mahmud Syukri Al-Alusi mengutip buku Tarikh Al Yamini yang menuliskan bahwa dalam sebuah penaklukan oleh Sultan Mahmud bin Sabaktakin al-Ghaznawi terhadap sebuah kerajaan yang masih menganut paganisme di India, ditemukan lempengan batu dalam sebuah istana yang terpahat tulisan “Istana ini dibangun pada malam terbelahnya bulan dan peristiwa itu mengandung pelajaran bagi orang-orang yang mengambil pelajaran”.
Ditambah lagi, pembuktian peristiwa ini juga tercatat dalam manuskrip kuno, yakni manuskrip Madrid dan Bangsa Maya Kuno dalam hal ilmu perbintangan. Dalam manuskripnya, mereka menganggap telah terjadi gempa di bulan yang menyebabkan bulan terbelah menjadi dua. Peristiwa ini juga tercatat dalam Manuskrip Pasir India pada waktu yang berdekatan yaitu awal abad ke 7 Masehi. Sejarawan juga mengatakan bahwa di salah satu Kuil Kuno di Cina tertulis mengenai hal seperti itu.
Adapun menurut penemuan NASA, di bulan terdapat celah dengan panjang beberapa ratus kilometrer. Namun, celah tersebut sampai sekarang belum diketahui penyebab retakannya. Beberapa ilmuwan lain beranggapan bahwa celah tersebut berasal dari Lava. Ilmuwan NASA menyebut hal ini sebagai “rilles are still a topic of research” yang artinya adalah fenomena celah ini masih dalam proses penelitian.
Wallahu A’lam