Hagia Sophia Diduga Jadi Cluster Baru Penyebaran Covid-19 di Turki

Hagia Sophia Diduga Jadi Cluster Baru Penyebaran Covid-19 di Turki

Pelbagai pertemuan di Hagia Sophia diduga menjadi cluster baru covid-19

Hagia Sophia Diduga Jadi Cluster Baru Penyebaran Covid-19 di Turki
Shalat Jumat di Hagia Sophia pada Jumat lalu. Umit Bektas/Reuters

Jumlah kasus COVID-19 harian baru di Turki mulai meningkat dan melebihi 1.000 kasus, tepat setelah libur Idul Adha. Keputusan pemerintah untuk menahan angka tentang jumlah pasien dalam perawatan intensif dan mereka yang diinkubasi telah meningkatkan kekhawatiran tentang kenyataan virus corona di negara tersebut.

Para profesional kesehatan Turki, sebagaimana dilansir oleh Arabnews mengatakan pandemi corona telah memburuk pada bulan lalu, dan pembukaan Hagia Sophia untuk shalat – tanpa tindakan pencegahan yang tepat dan tegas – menjadi alasan utama terjadinya lonjakan tersebut.

“Setelah pembukaan Hagia Sophia, kami juga mendengar banyak kasus di kalangan politisi,” kata seorang dokter anonim kepada Arabnews. “Tapi itu karena mereka menjalani pemeriksaan rutin setiap tiga hari untuk memastikan mereka sehat.”

Sebelumnya, sejumlah pemimpin negara-negara Muslim dan Kristen, termasuk Paus Francis, diundang dalam acara pengukuhan di Hagia Sophia.

Menurut Dr. Ergin Kocyildirim, yang merupakan ahli bedah kardiotoraks pediatrik dan asisten profesor di Departemen Bedah Kardiotoraks di Fakultas Kedokteran University of Pittsburgh. “Sepertinya tidak ada dari para undangan yang menghadiri acara tersebut, tetapi yang datang rupanya virus corona,” katanya kepada Arab News.

Kocyildirim mengatakan bahwa kunjungan Presiden Recep Tayyip Erdogan ke Hagia Sophia pada minggu berikutnya membuat aturan jaga jarak (physical distancing) sulit untuk diberlakukan, karena banyaknya orang yang datang dan ingin berswafoto.

Murat Emir, seorang anggota parlemen dari oposisi utama Partai Rakyat Republik dan berprofesi sebagai dokter, mengatakan,
“Sayang sekali, saat pembukaan Hagia Sophia jadi masjid, ribuan warga berkumpul tanpa menerapkan tindakan social distancing dan memakai masker. Berbagai kota dari Anatolia malah membuka tur bus untuk menghadiri pembukaan ini, dan tidak ada yang tahu apakah mereka mendapat surat resmi dari Kementerian Kesehatan untuk perjalanan domestik atau duduk dengan jaga jarak. ”

Emir memperingatkan bahwa pertemuan seperti itu di mana tindakan jarak sosial tidak diterapkan cukup untuk memicu penyebaran COVID-19.

Hingga saat ini 5.858 orang telah meninggal akibat virus corona di Turki, dan negara ini belum masuk dalam daftar negara-negara perjalanan aman yang secara teratur diperbarui oleh Uni Eropa.