Suatu kali seorang pemuda asal Palestina datang di kajian Habib Ali al-Jufri. Ia menanyakan satu hal, yaitu terkait Palestina, tanah kelahirannya yang kini dijajah Israel.
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, Habib Ali bertanya terlebih dahulu kepada pemuda itu.
“Menurut Anda, apa yang dilakukan Hitler kepada orang-orang Yahudi di Jerman itu sebuah tindakan yang benar?” tanya Habib Ali.
“Menurut saya tindakannya benar. Karena Yahudi jahat menurut Al-Quran,” jawab sang pemuda bernama Yazan itu.
Seketika Habib Ali langsung menimpali, “Apakah perempuan dan anak-anak yang jadi korban Hitler itu juga musuhmu?” Yazan pun menjawab bahwa itu tetap benar karena Yahudi adalah kelompok penjajah baginya.
Habib Ali menyanggah alasan Yazan. Menurut Habib Ali, yang dibantai oleh Hitler saat itu bukan orang-orang Yahudi yang memerangi Palestina sekarang, melainkan orang-orang fakir dan lemah.
Bagi Habib Ali, ia sangat tidak setuju dengan tentara Israel yang memblokir warga Palestina hingga terpojok dan terjebak pada kota tertentu hingga mengalami kemiskinan dan kelaparan. Namun baginya, secara keagamaan dan kemanusiaan, kita tidak boleh menyetujui kedzaliman walupun itu menimpa musuh kita.
“(Kejadian yang menimpa warga Palestina) secara syariat tidak membenarkanku untuk menyetujui, bahkan bukan hanya syariat, tapi juga kemanusiaan, karena syariat dan kemanusiaan itu sejalan, untuk menyetujui kedzalima, sekalipun itu terjadi pada musuhku,” terang Habib Ali.
Untuk membebaskan Palestina, kita perlu membebaskan hati kita dari sifat seperti itu, membenci semua orang Yahudi dan membolehkan siapapun untuk menghabisi dan mendzalimi mereka.
“Jika kita tidak bisa bebas dari sifat seperti itu, maka kita tidak akan mampu menang di bumi,” jelas Habib Ali.
Habib Ali juga mengingatkan bahwa Yahudi sebagai agama dan Yahudi sebagai Zionis atau penjajah itu berbeda. Tidak semua orang Yahudi bisa kita anggap zionis dan lantas boleh kita musuhi. Karena pada kenyataannya, banyak juga orang Yahudi yang tidak setuju dengan tindakan zionis untuk menjajah dan menyerobot wilayah Palestina.
“Apa kalian tahu, bahwa ada aliran ekstrem Yahudi yang menghukumi kafir bagi orang yang setuju dengan pendirian negara Israel?” tanya Habib Ali.
Habib Ali juga bercerita bahwa ada anak perempuan Yahudi berumur 20 tahun asal Amerika bernama Ratcehl yang dilindas oleh buldozer Israel karena menghadang tentara Israel agar tidak merobohkan rumah-rumah orang Palestina.
Murid Habib Umar ini juga menyebutkan bahwa jika ia memusuhi zionis bukan karena mereka beragama Yahudi, melainkan kekejaman mereka atas negaranya. Menurutnya, Nabi Muhammad SAW saja hanya memusuhi orang Yahudi yang memeranginya. Selain itu, tidak. Bahkan Nabi menggadaikan baju perangnya kepada orang Yahudi sebelum beliau meninggal dunia.
“Andai suatu hari orang Yahudi yang setuju dengan zionis sudah 100%, saya akan tetap mengajarkan perbedaan antara keduanya, kita melawan mereka sebagai penjajah, bukan sebagai orang Yahudi,” tambah Habib Ali.
Pernyataan Habib Ali ini secara langsung mengkritik siapapun yang membenci seluruh orang yang beragama Yahudi karena menganggap agama mereka mengajarkan untuk membenci Palestina. Oleh karena itu, kita perlu belajar bahwa jika kita tidak suka dengan orang yang berbeda agama dengan kita, maka yang seharusnya tidak kita sukai adalah perilakunya, kekejamannya, bukan agamanya. (AN)
Wallahu a’lam.