Kasus Covid-19 kian meroket parah, kenapa sih justru pemerintah kian melonggarkan segala hal? Pertanyaan ini tentu saja membuat publik bertanya, apa yang sebenarnya terjadi dan kenapa kita seolah digiring untuk terus saja berdamai dengan keadaan ini dengan sebutan ‘New Normal’?
Anda boleh sepakat atau tidak, tapi bagi saya hal ini merupakan bentuk abnormalitas baru yang dibungkus dengan kata ‘new normal’. Kita sudah tidak bisa lagi hidup dengan kenormalan baru itu. Apakah Anda hendak makan di warung langganan saat ini tanpa masker? Tidak. Pasti dan wajib pakai master. Atau, ketakutan kita untuk berjabat tangan dan segala bentuk kekhawatiran lain akibat covid-19 tidak akan bisa serta merta teratasi dengan adanya kewajiban ‘new normal’.
Apalagi, sekali lagi, kasus Covid-19 ini terus meroket parah dan tidak tampak adanya tanda-tanda penurunan kurva. Saat ini tercatat 1.043 kasus baru positif COVID-19 dalam sehari (9/6). Sekarang ada total 33.076 kasus di seluruh Indonesia. 1.923 orang meninggal dunia, 11.414 pasien dinyatakan sembuh. Ingat ya, sekali lagi, ini dalam sehari.
Menjalani kenormalan baru adalah sebuah abnormalitas, bentuk yang mungkin bagi pemerintah adalah pilihan rasional di tengah ekonomi yang mulai ambyar belakangan ini. Kita tentu bisa mendebat keras pilihan ini. Santer terdengar, meskipun sampai detik ini kita secara pasti kita hanya bisa menebaknya, pemerintah memang benar-benar memilih herd immunity sebagai jalan keluar menghapi Covid-19, bersisian dengan istilah PSBB, New Normal atau apalah nanti yang akan dipilihnya.
Herd Immunity ini toh terbukti gagal di banyak negara. Swedia salah satu dari sedikit negara itu dan dianggap gagal total menghentikan kurva virus ini. Pilihan Lockdown yang diajukan publik sejak awal sekali kasus ini hanya dianggap pepesan kosong belaka.
“Lockdown itu apa sih? Orang enggak boleh keluar rumah, transportasi harus semua berhenti, baik itu bus, kendaraan pribadi, sepeda mobil, kereta api, pesawat berhenti semuanya. Kegiatan-kegiatan kantor semua dihentikan. Kan kita tidak mengambil jalan yang itu,” kata Jokowi.
“Kita ingin tetap aktivitas ekonomi ada, tapi masyarakat kita semua harus jaga jarak aman, social distancing, physical distancing itu yang paling penting,” sambungnya.
Ya, pemerintah kita memang memandang pemulihan ekonomi menjadi pilihan sambil berharap vaksin akan segera ditemukan 1-2 tahun mendatang. Apakah ekonomi akan pulih? Anda bisa menjawabnya sendiri. Satu hal yang pasti, keliru jika virus yang terus meroket ini justru pemerintah melonggarkan segala hal.
Bagi warga biasa seperti kita memang pilihannya rumit, tapi jika boleh disederhanakan bisa memilih begini; berharap vaksin ditemukan, terus bekerja dan saling jaga antar sesama sambil sesekali merutuki pemerintah. Begitu.