Situasi Ramadhan dan Idul Fitri kala pandemi seperti saat ini membuat kegiatan Ramadhan dan Idul Fitri kita berbeda dari biasanya. Situasi seperti ini menjadi topik perbincangan dua guru bangsa, Quraish Shihab dan Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) dalam salah satu acara di Youtube Narasi TV, Shihab & Shihab, yang dipandu oleh Najwa Shihab. jalan keluar
Salah satu topik menarik yang diperbincangkan adalah terkait usaha dan jalan keluar dalam mengatasi pandemi ini, khususnya bagi seorang muslim. Gus Mus sendiri meyakini bahwa akan ada jalan keluar di tengah pandemi ini. Gus Mus mengutip salah satu ayat Al-Quran, surat al-Insyirah ayat 5-6: “Fa inna ma’al Usri Yusra, Inna Ma’al Usri Yusra.”
Bagi Gus Mus, redaksi yang disebutkan dalam Al-Quran, khususnya dalam ayat tersebut bukanlah “ba’dal usri yusra” (setelah kemudahan ada kebaikan), melainkan menggunakan redaksi “Ma’a” (bersama), artinya bahwa ada kemudahan yang bersamaan dengan kesulitan, karena itu lah Gus Mus yakin bahwa masa pandemi ini pasti akan berakhir. Namun tergantung dengan usaha yang kita lakukan.
Penjelasan Gus Mus ini ditambahkan oleh Quraish Shihab dengan argumentasi kaedah tafsir. Menurut penulis tafsir al-Misbah ini, dalam kaedah tafsir suatu kata (dalam bahasa Arab disebut kalimat) yang ditambahkan “al” di awalnya dan diulang, maka bermakna satu, sedangkan kata yang diulang namun tidak ditambah “al” maka memiliki maksud berbeda, bukan satu.
“Mengulangi satu kata yang sama pakai “al” itu maknanya satu, mengulangi satu kata yang tidak pakai “al” itu maknanya dua. Itu berarti, bersama satu kesulitan ada dua kemudahan. Kita harus mencari kemudahan ini dicelah kesulitan, pasti ada,” jelas guru besar tafsir ini.
Penjelasan Quraish Shihab ini dalam kaedah tafsir disebut dalam bagian penjelasan “Nakirah dan Ma’rifat” dan masuk dalam pembahasan pengulangan isim nakirah dan makrifat. Dalam kaedah tersebut memang disebutkan bahwa setiap kalimat yang diulang, jika makrifat (salah satu tandanya ditambah “al“) maka dua kalimat yang sama tersebut bermakna satu, namun jika nakirah (salah satu tandanya tanpa “al” atau dengan tanwin), maka bermakna dua.
Dalam kasus surat al-Insyirah ayat 5 dan 6 yang disebutkan di atas, misalnya, ada dua ayat yang berulang, yaitu:
فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) أِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6
Kata al-usri (yang berarti: kesulitan) dalam dua ayat di atas ditambahkan “al“, sedangkan kata Yusran yang diulang juga tidak ditambahi “al” (nakirah). Maka, berlakulah kaedah tafsir di atas, walaupun dua ayat tersebut kalimatnya sama, bukan berarti hanya sekedar pengulangan saja, melainkan memiliki tujuan tersendiri, yaitu ingin menunjukkan bahwa ada dua kemudahan bersamaan dengan satu kesulitan.
Quraish Shihab juga menambahkan bahwa salah satu cara untuk menemukan kemudahan-kemudahan yang ada dalam musibah atau kesulitan yang menimpa kita adalah dengan cara bersabar.
“Ada banyak ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis nabi yang menjanjikan, siapa yang mau bersabar dalam menghadapi musibah, Tuhan akan gantikan untuknya hal yang lebih baik dan menjanjikan untuknya jalan keluar, hanya persoalannya biasa kita tergesa-gesa,” tutur mantan rektor IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Menurut Quraish Shihab, sebenarnya ujian Allah itu lebih sedikit dibanding potensi yang dianugerahkan Allah SWT kepada kita.
“Hanya kita ini sering “manja”. Kita ini tidak tahu bahwa Tuhan memberikan kita potensi untuk menanggulangi itu. Kita diujilah, jangan keluar rumah, tunda mudik, kita tidak mau mengikuti itu, padahal sebenarnya kita mampu kalau mau,” ujar Quraish Shihab yang kemudian dibenarkan oleh Gus Mus.