Allah menciptakan dua belas bulan di muka bumi ini sebagai tanda dari kekuasaan-Nya. Pada setiap bulan yang diciptakannya pasti ada rahasia-rahasia yang tersirat. Di mana rahasia-rahasia tersebut yang harus manusia raih sebagai bentuk bersukur kepada-Nya. Sya’ban merupakan salah satu bulan yang telah diungkap ulama sebagai bulan yang penuh keberkahan.
Sya’ban secara etimologi yaitu bulan peralihan (Iqbal Zaki:2008:502). Pengertian tersebut secara denotatif bahwa Sya’ban merupakan bulan di antara rajab dan ramadhan. Imam Ghazali mengartikan bahwa Sya’ban adalah jalan ke gunung (penantian) dan jalan kebaikan (Imam Ghazali:2014:303). Definisi-definisi tersebut memberikan isyarat bahwa ketika kita masuk bulan Sya’ban maka memerlukan niat dan persiapan ruhani dengan kesungguhan. Sebagaimana Rasulullah bersabda, “Apabila bulan Sya’ban datang maka bersihkan diri kalian dari dosa-dosa kecil dan perbaikilah niat kalian pada bulan tersebut”.
Ada peristiwa yang penting pada bulan tersebut, yaitu berpindahnya kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah. Sungguh rasulullah menunggu kabar bahagia tersebut, hampir setiap hari, ia menengadahkan wajahnya ke langit, ia menunggu wahyu dari Illahi Robbi. Sehingga pada akhirnya Allah memutuskan dan memberikan karunia kepada-nya melalui firman-Nya:
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan” (QS:Al-Baqarah ayat 144]
Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki menyebutkan bahwa bulan Sya’ban adalah bulan keberuntungan, pasalnya pada bulan tersebut yaitu bulan diangkatnya amal-amal hamba Allah (Muhammad al-Maliki:1995:17). Telah dikisahkah di dalam hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Usamah bin Zeid. Beliau berkata pernah Rasulullah ditanya oleh seseorang, “Wahai Rasulullah aku belum pernah melihatmu berpuasa sebulan penuh dari bulan-bulan yang ada, apakah kamu berpuasa di bulan Sya’ban?” Rasulullah menjawab, “Bulan Sya’ban itu ialah bulan yang lalainya manusia, padanya antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan itu pula adalah bulan diangkatnya amal-amal manusia ke hadapan ilahi rabbi. Maka aku cinta amalku diangkat, dan disitulah aku berpuasa.”
Hadis tersebut telah mengungkapkan bahwa Nabi Muhammad berpuasa sebulan penuh sebagai tanda amal yang baik. Imam Bukhari dan Imam Muslim mengisahkan bahwa Nabi Muhammad tidak pernah berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Sya’ban, karena sesungguhnya ia berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya. Nabi bersabda: “Lakukanlah amal baik yang tidak membebankan kalian, sesungguhnya Allah tidak bosan memberikan pahala sampai kalian penuh dengan pahala tersebut”. Kemudian Nabi juga mencintai shalawat untuknya (shalawat Nabi) sebagaimana yang telah kalian sampaikan atasnya walau sedikit. Apabila seseorang bershalawat sekali maka Rasulullah akan sering menjawab salam atas shalawat tersebut.”
Imam Syahab al-Din al-Qasthalani berkata bahwa beberapa ulama mengatakan bahwa bulan Sya’ban merupakan bulan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, hal ini seiring dengan turunnya firman Allah Swt: (Syarah al-Zarqani: jilid 6: h:328)
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. [QS:Al-Ahzab/33:56]
Abu Bakar al-Qusyairi berkata “Shalawat dari Allah kepada seseorang selain Nabi SAW adalah rahmah sedangkan shalawat kepadanya yaitu memuliakan dan menambahkan pujian untuknya”. Sedangkan pendapat Abu al-Aliyah, “Shalawat Allah kepada (Nabi Muhammad) berupa pujian kepadanya yang disampaikan melalui para malaikat sedangkan shalawat malaikat kepadanya (Nabi Muhammad) berupa doa (Imam Qadhi Iyad’h:2005:421).
Definisi-definisi shalawat di atas menggambarkan Allah dan malaikat-malaikatnya terus memuji Nabi Muhammad Saw. Untuk itu, kaum muslimin dianjurkan banyak bershalawat kepada Nabi Muhammad baik di bulan sya’ban mapun di bulan-bulan lainnya. Imam Qadhi Iyadh menyatakan bahwa Shalawat kepada Nabi Muhammad itu wajib dengan ucapan tanpa dibatasi waktu. Karena sesuai dengan perintah Allah yang bershalawat kepadanya pada QS Al-Ahzab/33:56 ( Imam Qadhi Iyad’h:2005:422).
Adapun keistimewaan di bulan Sya’ban yaitu pada malam Nisfu Sya’ban (malam ke lima belas di bulan Sya’ban). Tradisi umat muslim di Indonesia menghidupkan malam tersebut. Pembacaan Yasin tiga kali, tahil, tasbih, dan tahmid serta shalawat bergema pada malam tersebut. Ada penyematan nama-nama pada malam tersebut diantaranya malam keberkahan, malam pembagian rezeki, malam dihapusnya dosa, malam diterimanya doa, dan malam hari raya para malaikat (Muhammad al-Maliki:1995:17).
Nabi bersabda, “Allah memperhatikan seluruh ciptaannya pada malam Nisfu Sya’ban dan ia mengampuni dosa-dosa makhluk-makhluknya kecuali orang musyrik dan orang yang bertengkar.” (HR al-Thabrani dan Ibnu Hibban).
Melalui hadis nabi di atas adalah anjuran bagi umat muslim untuk mengisi malam Nisfu Sya’ban dengan ibadah dan beramal shalih. Sebab dua perbuatan tersebut yang mengantarkan seorang muslim dekat kepada Allah. Kedekatan itulah yang menjadikan dosa-dosa seorang hamba dihapuskan dan doa-doanya diterima.