Semakin mendung langit malam, justru membuat sang langit semakin menahan rintikan hujan. Suasana Haul Gus Dur ke-10 malam hari ini pun juga semakin terasa detak nadi kerinduan kita dengan Gus Dur, Allahu Yarham. Satu dekade lamanya Gus Dur meninggalkan kita, dan pada tanggal 28 Desember 2019 ini, haul Gus Dur ke-10 dilaksanakan di kediaman Gus Dur yang berlokasi di Ciganjur.
“Dalam acara haul, bukanlah tentang kematian yang diperingati, akan tetapi tentang kehidupan, kehidupan sosok Gus Dur dan pemikiran beliau,” begitulah sambutan dari putri bungsu Gus Dur, mba Inayah Wahid dalam acara Haul Gusdur ke-10.
Tema Haul Gus Dur kali ini mengambil dari pemikiran Gus Dur “Kebudayaan Melestarikan Kemuliaan”. Ya, dengan budaya, maka bangsa akan terawat, manusia juga akan semakin memanusiakan manusia. Masih dalam sambutan, Istri tercinta Gus Dur, Ibu Sinta Nuriyah, yang belum lama ini menerima penghargaan Doktor Honoris Causa dari UIN Kalijaga juga menambahkan beberapa patah kata, “Gus Dur bukan hanya sosok kiyai dan presiden, seperti yang kita tahu selama ini, saya perlu untuk katakan bahwa Gus Dur juga seorang budayawan”. Ucap Ibu Sinta sambil menahan isak rindu.
Sosok Gus Dur yang humoris tidak berhenti di diri Gus Dur, putri bungsu Gus Dur, dalam sambutannya tidak lupa melakonkan sebagaimana guyonan ayahanda.
“Mohon maaf seharusnya tadi saat penghormatan, saya mendahulukan para romo dibandingkan kiyai, karena Nabi Isa lebih dahulu daripada Nabi Muhammad,” gelak tawa hadirin pecinta Gus Dur pun pecah. Guyonan tidak hanya sampai di situ, “Tapi kenapa saya di sini lebih mendahulukan salam hormat kepada kiyai daripada pejabat? Karena kalau sama kiyai biasanya lebih dekat hubungannya dengan Tuhan, tapi kalau pejabat, biasanya gak bisa bawa saya ke surga lewat orang dalem,” ucap mba Inayah membuat jamaah haul penuh tawa.
Selain Gus Mus, Prof. Nasarudin Umar dan Kiyai Husein Muhammad, acara haul ke-10 juga dihadiri oleh Bapak Lukman Hakim Saifuddin, Mahfud MD, Gus Ulil, Alwi Shihab, beberapa duta besar, Romo Benny, Romo Ignatius Suharyo, Romo Magnis Suseno, Rektor UI Bapak Ari Kuncoro, Pelawak Indonesia pak Karto, Gusdurian Peduli dan beberapa artis.
Gus Mus juga menyampaikan beberapa ungkapan rindu untuk Gus Dur, teman karib Gus Mus selama di Mesir hingga menjelang wafat. Menurut Gus Mus, Gus Dur sangat santai, tenang dan gampang karena Gus Dur dekat dengan Allah, Zat yang Maha Menciptakan manusia. Hidup Gus Dur selalu berlandaskan Al-Qur’an “Wa ma hadzihil hayatud dunya illa lahwu wa la’ib”
Karena itu, menurut Gus Mus, Gus Dur sering kali menggunakan kekurangan yang ada pada dirinya sendiri sebagai bahan joke (becandaan).
“Dari banyak kalangan orang yang saya temui, Gus Dur adalah sosok yang paling sering mengolok-olok dirinya sendiri, Gus Dur adalah sosok yang sangat rendah hati, bisa memanusiakan manusia,” tambah Gus Mus.