Yasin adalah surat yang tidak asing bagi kita, umat Islam Indonesia. Setiap kamis malam atau malam jumat kita membacakan surat ini. Tidak jarang pula karena seringnya membaca dan mendengar, meski tidak sengaja menghafal, surat Yasin sudah secara otomatis akrab dalam memori. Karena pentingnya surat ini sebagai qalb al-quran, penulis akan menguraikan tafsir surat yasin dari ayat 1 – 83 secara bertahap.
Penulis akan merujuk pada lima kitab tafsir sebagai sumber primer yaitu: Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qurankarya Ibnu Jarir al-Tabari yang merepresentasikan tafsir awal dengan corak bi al-ma’tsur, Lataif al-Isyaratkarya al-Qusyairi tafsir dengan corak sufistik, al-Kasysyaf ‘an Haqaiq Ghawamidh al-Tanzilkarya al-Zamakhsyari sebagai tafsir dengan pendekatan bahasa yang banyak dirujuk hingga sekarang, al-Tahrir wa al-Tanwirkarya Tahir Ibnu ‘Asyur sebagai representasi tafsir kontemporer dengan pendekatan maqashidi, dan Tafsir Al-Misbahkarya M. Quraish Shihab sebagai representasi tafsir Indonesia kontemporer.
Pada tulisan kali ini, penulis akan membahas ayat 1 saja yang fokus temanya berkaitan dengan apa makna kata yasin dan bagaimana perbedaan pendapat mengenai kata yasin di kalangan para mufassir. Adapun terjemahan al-Qur’an yang digunakan dalam setiap tulisan diambil dari al-Qur’an dan Maknanya karya M. Quraish Shihab.
يس
(1) Yasin.
Ibnu Jarir al-Tabari memaparkan sedikitnya empat perbedaan arti kata Yasin sebagaimana yang ia rujuk dari riwayat-riwayat para sahabat. Pertama, berarti sumpah Allah SWT atas dasar nama-Nya, artinya kata Yasin adalah salah satu dari nama Allah SWT. Pendapat ini ia ambil dari riwayat Ali dari Abu Shalih dari Mu’awiyah dari Ali dari Abdullah Ibnu Abbas. Kedua, kata Yasin bermakna Wahai manusia sebagai sebuah panggilan. Terdapat dua riwayat terkait dengan pendapat ini, pertama dari Ibnu Abbas dan kedua dari Ikrimah. Riwayat pertama melalui jalur Ibnu Hamid dari Abu Tumailah dari al-Husain bin Waqid dari Yazid dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, katanya: “kata Yasin artinya wahai manusia di habasyah.” Riwayat kedua lewat jalur Ibnu al-Matsna dari Muhammad bin Ja’far dari Syu’bah dari Syarqi, katanya: Aku mendengar Ikrimah berkata tafsir kata Yasin adalah wahai manusia (Ya Insan).
Ketiga, kata Yasin adalah bentuk dari kata pembuka atas Kalam Allah SWT. Pendapat ini diambil al-Tabari dari jalur Ibnu Basyar dari Muammal dari Sufyan dari ibnu Abi Najih dari Mujahid, Ia berkata: “Yasin adalah kata pembuka yang digunakan Allah SWT dalam kalimatnya.” Keempat, kata Yasin adalah satu nama dari nama al-Quran. Pendapat ini Al-Tabari iambil dari riwayat Yazid dari Sa’id dari Qatadah, katanya: Yasin, setiap huruf hijaiyyah dalam al-Quran merupakan representasi dari nama-nama al-Quran.
Menurut al-Qusyairi, makna kata Yasin ada dua. Pertama berarti Ya Sayyid (wahai tuanku); kedua dua hurufnya mengandung makna masing masing. Huruf Ya (al- Ya’) mengisyaratkan kepada Hari Perjanjian (yaum al-mitsaq) dan huruf sin (al-sin) bermakna rahasia Allah beserta para kekasih-Nya (sirruhu ma’a al-Ahbab). Pada makna kedua ini berarti demi Hari Perjanjian dan rahasia-Ku bersama para kekasih.
Dengan pendekatan sintaksis (ilmu nahwu), Al-Zamakhsyari menguraikan kata Yasin dengan perbedaan cara baca dan kedudukan kalimatnya. Menurutnya akhir kata Yasin dapat dibaca fathah (Yasina bi al-fathi) maka cara bacanya sama seperti kata aina dan kaifa. Terkait dengan kedudukan kalimat, menurut al-Zamakhsyari bila kata Yasin diposisikan sebagai Nashab berarti maknanya ‘bacalah Yasin’ (Utlu Yasin), dan bila sebagai Rofa’ berarti inilah Yasin (Hadzihi Yasin).Terkait dengan makna kata yasin, al-Zamakhsyari merujuk pada riwayat hadis dari Ibnu ‘Abbas yang memaknai Yasin dengan wahai manusia (Ya Insan), menurut al-Zamakhsyari, makna ini diambil dari logat atau kebiasaan kata yang digunakan suku Thayyi’ di Jazirah Arab pada waktu itu.
Sama seperti al-Zamakhsyari, Tahir Ibnu ‘Asyur juga mengambil makna kata Yasin dari riwayat Ibnu ‘Abbas dengan merujuk pada logat suku Thayyi’. Akan tetapi Ibnu ‘Asyur menambahkan bahwa makna wahai manusia (Ya Insan) dengan kata Yasin juga dipakai oleh orang-orang Habasyah (bi lisan al-Habasyah). Ibnu ‘Asyur menambahkan bahwa kata Yasin juga diartikan sebagai salah satu nama dari Nabi Muhammad saw. Menurutnya, pendapat ini pertama kali diutarakan Isma’il bin Bikr al-Himyari, seorang penyair syi’ah yang menggubah syair dengan kata Yasin merujuk pada keluarga Nabi Muhammad SAW. Ibnu ‘Asyur berasumsi bahwa Ismail bin Bikr mengambil kata Yasin dari surat al-Shaffat ayat 13 “Salamun ‘ala Il Yasin” keselamatan bagi keluarga Yasin.
Pendapat ini ditolak oleh M. Quraish Shihab dalam tafsirnya Al-Misbah. Menurut Quraish Shihab, tidak benar karena dua hal. Pertama, konteks ayat 13 surat Al-Shaffat tidak berkaitan dengan Nabi Muhammad SAW. Kedua, jika memang dimaksudkan sebagai nama, maka cara bacanya semestinya menggunakan dhammah (Yasinu). Menurut Quraish, konteks ayat ini merujuk pada nabi Ilyas AS.
Quraish Shihab memilih memaknai kata Yasin sebagai tantangan kepada orang-orang yang meragukan wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW Pada waktu itu. Ayat ini menunjukkan bahwa seakan-akan Allah SWT berfirman bahwa kata dan kalimat yang kalian (kafir Quraish) gunakan sehari-hari adalah kata dan kalimat yang terdiri dari huruf semacam Ya, Sin, dan sebagainya. Tetapi kalian tidak dapat menyusun kata, kalimat, seindah dan seteliti dan sebenar kandungan Al-Quran.