Abu Nawas tampak duduk berleha-leha. Ia nampak santai sejenak dengan istrinya menikmati hari yang terik. Namun tiba-tiba beberapa prajurit kerajaan mendatanginya. Abu Nawas kaget, apa lagi yang raja perintahkan, katanya dalam hati. Ternyata dugaan Abu Nawas benar, raja memerintahkan untuk menghadapnya.
Sesampainya istana, raja berkata “Aku ada tugas untukmu wahai Abu Nawas. Ini tugas yang tidak berat sebenarnya.” Tak lama kemudian, Raja menceritakan perihal seorang suadagar kaya raya menolak membayar zakat.
Sesaat kemudian, raja mulai bercerita. Raja telah mendapat laporan bahwa di wilayahnya ada seorang saudagar kaya raya yang menolak membayar zakat. Saudagar tersebut bernama Tuan Kabul.
Mendengar penuturan Raja abu nawas kemudian menjawab, “Mengapa tidak dipanggil dan dihukum saja?”
“Sebenarnya bisa saja aku berbuat demikian. Dulu ia adalah orang yang paling rajin membayar zakat. Tapi entah kenapa semakin dia kaya raya, malah makin malas membayar zakat. Soalnya sangat disayangkan kalau aku menghukum,”jawab Raja.
Setelag berdiskusi, Abu Nawas pamit dan minta waktu seminggu untuk memikirkan caranya menyadarkan saudagar tersebut. Setelah seminggu, Abu Nawas kembali ke istana dengan idenya.
“ Apa yang harus kita lukukan sekarang,” tanya Raja.
” Ada. Cuma syaratnya Baginda harus jadi pengemis. Apakah bersedia?” tanya Abu Nawas.
Sontak ide Abu Naws tersebut membuat Raja kaget. Namun demi menyadarkan salah satu rakyatnya rajapun mengabulkan permintaan tersebut. Maka dipailah baju yang biasa digunakan oleh pengemis. Mereka kemudian berangkat ke dumah saudagar kaya raya itu.
Abu Nawas segera saja mengucapkan salam dan menyapa saudagar tersebut.
“Apakah Tuan mempunyai uang receh?” kata Abu Nawas.
“Tidak ada!” jawab sudagar tersebut.
Kemudian Abu Nawas bertanya lagi, ” Apakah Tuan punya pecahan roti kering, sekedar untuk mengganjal perut kami?”.
“Tidak ada!”jawabnya.
“Kalau begitu, kami minta segelas air saja saja?” tanya Abu Nawas.
“Sudah aku bilang dari tadi aku tidak punya apa-apa!” kata saudagar tersebut dengan nada tinggi. emosi.
“Kalau Tuan tidak punya apa-apa, mengapa Tuan tidak jadi pengemis seperti kami?” kata Abu Nawas drengan nada menohok.
Seketika berubahlah wajah saudagar kaya itu. Ia menjadi teringat ketika miskin dan tidak punya apa-apa.Rasa marah, tersinggung dan terhina bercampur aduk. Namun belum sempat sadar siapa ada dihadapannnya, Raja mulai angkat bicara.
“Bagaimana tuan, apakah memilih menjadi orang kaya atau orang yang tak punya ?. Kalau ingin kaya, bayarlah zakat, kalau tidak mau kaya, mengemis saja kayak orang ini,” kata raja sambil menunjuk ke Abu Nawas. Akhirnya sudagar tersebut tersadar dan mau membayar zakat.