Dalam kitabnya yang berjudul Risalatus Shiyam, Kyai Ali Maksum menerangkan tentang beberapa hikmah diwajibkannya puasa. Diantaranya, Pertama, pelaku puasa akan lebih dekat dengan sifat-sifat terpuji (malakiyah).
Dalam keadaan ini, seseorang yang berppuasa dan merasakan pahit getirnya apar, pasti lebih bisa brbelas kasih terhadap fakir miskin yang tidak mempunyai kekuatan (bahan makan) untuk hidup. Alkisah Nabi Yusuf as tidak mau makan atau mengambil makanan kecuali benar-benar lapar. Hal itu dilakukannya agar dia selalu ingat dan merasakan penderitaan orang-orang yang kesulitan makan, yang hidup serba kekurangan dan selalu tergencet kehidupan.
Kedua, puasa dapat membersihkan dan menjernihkan jiwa pelakunya dari sifat kebinatangan, sedang ibadah-ibadah lain yang dikerjakannya akan terwarnai dengan keikhlasan dan kemurnian batinnya, lepas dari kotoran keragu-raguan dan kekacauan.
Ketiga, puasa dapat menjaga kesehatan tubuh karena perut adalah sumber penyakit, dan tindakan antisipatif adalah pangkal pengobatan bagi setiap penyakit.
Keempat, puasa bisa membuat terang pikiran dan membersihkan hati seseorang, Rasul bersabda
من جاع بطنه عظمت فكرته وفطن قلبه
Siapa yang perutnya lapar (puasa), pikirannya akan menjadi jembar (luas wawasannya) dan hatinya akan bersih.
Penting bagi kita untuk menyimak kembali pesan Luqman kepada putranya:
يا بني اذا امتلأت المعدة نامت الفكرة وخرست الحكمة وقعدت الأعضاء عن العبادة
Hai anakku, jika perut seseorang terlalu kenyang, pikirannya akan tidur (mati), hikmah atau kearifan akan hilang, dang anggauta tubuhnya enggan diajak beribadah.
Sumber: Risalah Ramadhan, KH. Ali Maksum, 2006. Pustaka Pesantren