Pada rentang 2017 hingga 2018 saya membuat riset tentang kepercayaan sebagian Muslim terhadap “teori konspirasi Yahudi” yang katanya mau menguasai dunia (termasuk dunia Islam). Riset itu saya mulai dengan membaca novel Umberto Eco “Kuburan Praha” (the Prague Cemetery) yang mengungkap bahwa protokol tetua Zionis (ditulis pada 1850-an) yang isinya mau mencaplok dunia adalah hoax.
Protokol itu bikinan tokoh-tokoh intelejen/dinas rahasia Italia dan Prancis, lalu dicetak pertama kali oleh Rusia, dengan tujuan “menyebarkan kebencian dan menghabisi Yahudi”. Teori konspirasi Yahudi selalu dikaitkan dengan revolusi Prancis, Aufklärung Jerman, dan kelompok rahasia kaum iluminati Bavaria. Lalu saya membaca buku-buku Bahasa Indonesia tentang protokol Zionis (buku terjemahan dan buku yang ditulis oleh para penulis Muslim Indonesia) dan seterusnya dan seterusnya.
Saya harus konfirmasi dan cross check antara data-data tentang “konspirasi Yahudi” yang dipercayai oleh para penulis Muslim dengan data obyektif. Misalnya untuk teori konspirasi Yahudi yang selalu dikaitkan dengan revolusi Prancis dan Aufklärung Jerman untuk menghantam nilai-nilai pokok Gereja Katolik, saya harus ngaji/wawancara dengan Romo Simon Petrus Tjahjadi, Ketua/Rektor STF Driyakara yang ahli Filsafat Barat dan Teologi Abad Pertengahan.
Ternyata data obyektifnya lebih rumit dan kompleks dari pada disederhanakan bahwa itu konspirasi Yahudi dan iluminati Bavaria. Untuk pandangan keagamaan orang Yahudi, saya harus wawancara dengan Bu Monique Rijkers, benarkah ajaran teologi mereka begitu serakah sampai mau menguasai dunia.
Untuk sejarah Yahudi di Jerman, mengapa kelompok yang sering didiskriminasi di Eropa ini kemudian menguasai banyak bidang/aspek kehidupan orang-orang Eropa, tetapi kemudian dicemburui hingga dibantai oleh Hitler cs, di sela-sela riset pendek di Jerman Mei-Agustus 2018 saya manfaatkan untuk ngaji kepada Kang Sanusi Debus, staff Museumsmeile Bonn, Jerman yang saya anggap banyak tahu tentang obyek yang saya teliti.
Saya juga mau melihat gerakan Freemason dalam konteks Eropa: lahir di Eropa Barat, berkembang di Eropa dan Amerika, dan untuk kepentingan/konsumsi mereka, tapi mengapa kemudian dicurigai mau menguasai dunia?
Tiga komposer dunia sepanjang masa dari benua Eropa, Johan Sebastian Bach (1685-1750), Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791), dan Ludwig van Beethoven (1770-1827) yang diyakini sebagai anggota Freemason selalu mendendangkan syair-syair indah tentang perdamaian dan persaudaraan universal antar umat manusia.
Dalam Ode to Joy (Simfoni no. 9), dengan irama musikal yang sangat indah dan menyentuh, Beethoven, orang Jerman yang jenius itu, menegaskan bahwa “Alle Menschen warden Brüder, Wo dein sanfter Flügel weilt? (manusia adalah bersaudara, gerangan apa yang membuat mereka terpisah dan terbelah?”): “Dalam keagungan (memuja) Tuhan, manusia mestinya dapat menemui kedamaian”, demikian syair Beethoven dalam simponi no. 9.
Apakah musik tentang perdamaian dan persaudaraan yang didendangkan Beethoven dan Mozart sedang “membuai” dunia sehingga rencana Freemason menguasai dunia berjalan mulus?
Apakah para intelektual Islam Indonesia, dari Abdurrahman Wahid, Nurcholish Madjid, Harun Nasution, Ahmad Wahib, hingga Ulil Abshar Abdalla yang menyuarakan pembaharuan Islam, rasionalisme Islam, kontekstualisasi Islam, humanisme Islam, dan toleransi antar umat beragama juga terkait dengan Freemasonery dan “antek Zionis Yahudi” yang berbahaya bagi Islam Indonesia?
Apakah masjid Ridwan Kamil, juga puluhan masjid dan bangunan serupa, telah masuk jebakan konspirasi Protokol Tetua Zionis?
Kesimpulan riset saya dua saja: (1) Teori konspirasi adalah sebuah sistem yang tertutup dan sulit diverifikasi karena tak ada bukti yang konkret. Atas teori ini yang berlaku adalah “mengimaninya daripada membuktikannya” (a matter of faith rather than proof).
Tapi, akibat teori ini, jutaan orang disiksa dan dibunuh karena kebencian rasial. Banyak orang juga jadi fanatik-pembenci hingga kehilangan akal sehat; (2) Bangsa yang unggul SDM nya pasti akan menguasai dunia, tak peduli mau Yahudi, Cina, Arab atau Indonesia.
Bagi kaum Muslim, daripada melestarikan kepercayaan atas “teori konspirasi Yahudi” lebih baik mengembangkan diri mereka dengan ilmu pengetahuan dan sains. Sudah tidak masanya lagi bersikap takut, melulu curiga atau sebaliknya, memuja Yahudi sebagai bangsa yang unggul dan “pilihan Tuhan”. Bangsa Yahudi bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Setiap bangsa dapat berdiri sejajar secara bermartabat dan hanya dihormati jika mereka berprestasi.
Wallahu a’lam.