Siapa yang tak kenal Imam Nawawi Banten. Beliau seorang ulama Nusantara yang karya-karyanya dikaji oleh para cendekiawan muslim di seluruh dunia. Di Indonesia, karya-karya Imam Nawawi tersebar dan dikaji di pesantren-pesantren di Indonesia, khususnya pada pengajian Ramadhan setiap tahunnya.
Memiliki karya yang begitu banyak, tentu Imam Nawawi bukanlah sembarang orang. Ia memiliki karamah yang beberapa kali disaksikan oleh para muridnya. Karamah adalah kemuliaan berupa sesuatu di luar logika manusia yang Allah berikan kepada para wali Allah.
Di antara karamah Imam Nawawi adalah saat menulis syarah kitab Bidayatul Hidayah (karya Imam al-Ghazali) lampu minyak beliau padam, padahal saat itu sedang dalam perjalanan dengan seekor onta (di jalan pun beliau tetap menulis, tidak seperti kita, melamun atau tidur).
Imam Nawawi pun berdoa, “Bila kitab ini dianggap penting dan bermanfaat buat kaum muslimin, aku mohon kepada-Mu, ya Allah SWT, berikanlah sinar agar aku bisa melanjutkan menulis.”
Tiba-tiba jempol kaki beliau mengeluarkan api, bersinar terang, dan beliau meneruskan menulis syarah itu hingga selesai. Dan bekas api di jempol tadi membekas, hingga saat pemerintah Hijaz memanggil beliau untuk dijadikan tentara (karena badan beliau tegap) ternyata tidak jadi, karena adanya bekas api di jempol tadi.
Karamah yang lain, nampak saat beberapa tahun setelah beliau wafat, makamnya akan dibongkar oleh pemerintah untuk dipindahkan tulang belulangnya dan liang lahadnya akan ditumpuki jenazah lain. Hal ini sangat lazim di kuburan Ma’la.
Saat itulah para petugas mengurungkan niatnya, sebab jenazah syekh Nawawi (beserta kafannya) masih utuh walaupun sudah bertahun-tahun dikubur. Karena itu, bila pergi ke Makkah, insya Allah kita akan bisa menemukan makam beliau di pemakaman umum Ma’la. Selain di Ma’la, banyak juga kaum muslimin yang mengunjungi rumah bekas peninggalan beliau di Serang, Banten.
Wallahu A’lam.