Paus Fransiskus, pemimpin umat Katolik sedunia berkunjung ke Uni Emirat Arab selama tiga hari sejak Minggu, 3 Februari 2019. Kedatangan Paus ke Abu Dhabi disambut Putra Mahkota Uni Emirat Arab Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan dan Wakil Presiden sekaligus Perdana Menteri Sheikh Mohammed bin Rashid al-Maktoum. Selain itu, Paus juga bertemu dengan Sheikh Ahmad al-Tayeb, Imam Besar Masjid Al Azhar, Kairo, Mesir.
Tentu saja kedatangan pemimpin negara Vatikan ke negara berpenduduk mayoritas Muslim adalah angin segar bagi toleransi dan persaudaraan antar umat beragama. Berikut 5 hal yang bisa kita pelajari dari peristiwa penting tersebut.
Pertama, Tujuan kunjungan Paus adalah untuk perdamaian antar umat beragama
Di depan para pemuka agama di Uni Emirat Arab, beliau menyerukan agar kekerasan atas dasar agama segera dihentikan atas nama kemanusiaan. Tidak ada kekerasan atas dasar agama apapun yang dapat dibenarkan.
Kedua, Paus Fransiskus adalah paus pertama yang berkunjung ke wilayah Semenanjung Arab sepanjang sejarah
Kunjungan Paus Fransiskus ke daerah kelahiran Islam ini sangat bersejarah dan penuh makna simbolis bagi perdamaian dan dialog antar iman.
Ketiga, Paus dan Sheikh al-Tayeb menandatangani “Dokumen Persaudaraan Manusia” di Masjid Agung Sheikh Zayed
Dokumen itu berisi seruan untuk menghentikan kebencian, kekerasan, ekstremisme, dan terorisme atas dasar agama. Dokumen itu juga menandai 800 tahun pertemuan bersejarah antara Santo Fransiskus dari Assisi dan Sultan al-Malik al-Kamil dari Mesir.
Keempat, Paus akan mengadakan misa (ibadah umat Katolik) secara publik di Abu Dhabi
Kendati berpenduduk mayoritas Muslim pribumi, Uni Emirat Arab menjamin kebebasan agama-agama minoritas seperti Kristen, Hindu, dan Buddha untuk beribadah secara privat, namun tidak secara publik. Menurut Daniel Philpott, pakar politik dari Universitas Notre Dame, penistaan agama dan tindakan murtad dari Islam masih mungkin dikenai hukuman mati. Misa secara publik yang diselenggarakan Paus akan menjadi peribadatan publik terbesar pertama bagi umat Katolik di Semenanjung Arab.
Kelima, Paus menyebut perang 4 tahun di Yaman harus dihentikan, padahal di situ Uni Emirat Arab ikut terlibat juga
Paus Fransiskus secara tidak langsung mengkritik Uni Emirat Arab karena turut mendukung serangan brutal melawan kelompok Houthi. Namun, serangan tersebut ditengarai menyasar pula penduduk sipil, sekolah, dan objek-objek vital lainnya. Pesan pentingnya adalah atas dasar kemanusiaan, kekerasan dan perang harus dihentikan oleh siapapun yang terlibat di dalamnya.
Demikian 5 hal penting dari peristiwa bersejarah itu. Semoga pesan perdamaian dan toleransi yang diserukan itu tersebar ke seluruh dunia, juga Indonesia tercinta.