Orang yang beriman disebut Mukmin. Ia selalu mencerminkan perilaku kebaikan dalam hidupnya, karena orang yang beriman akan memberikan keamanan bagi siapapun tak terkecuali bagi yang berbeda dengan dirinya, baik urusan beda pendapat, keyakinan maupun pilihan.
Syeh Abu Abdurrahman as-Sulami dalam Tabaqat As-Sufiyah mengutip perkataan Ulama’ yang bernama Abu Bakar al-Warraq:
ﻟﻠﻤﺆﻣﻦ ﺃﺭﺑﻊ ﻋﻼﻣﺎﺕ ﻛﻼﻣﻪ ﺫﻛﺮ ﻭﺻﻤﺘﻪ ﺗﻔﻜﺮ ﻭﻧﻈﺮﻩ ﻋﺒﺮﺓ ﻭﻋﻤﻠﻪ ﺑﺮ
Orang Mukmin mempunyai empat tanda: Pertama, ucapannya selalu berkaitan dengan dzikir. Kedua, diamnya sebagai bentuk renungan atau tafakur. Ketiga, pandangannya tertuju sebagi ibrah (pelajaran). Keempat, amal perbuatannya untuk kebaikan.
Dari keempat tanda ini, seorang mukmin harus berusaha menjadi pribadi yang mampu memberikan inspirasi kepada dirinya sendiri dan orang lain serta mampu memanfaatkan waktu dan peluang agar menjadi orang yang terbaik disisi Allah dan dihadapan manusia.
Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Asnaf al-Magrurin menjelaskan bahwa orang mukallaf (orang yang terkena beban kewajiban) terbagi menjadi dua, yaitu: Pertama orang mukmin. Kedua, orang Kafir.
Adapun Orang Mukmin terbagi menjadi dua bagian yaitu orang yang taat dan yang maksiat, keduanya ada yang alim (pintar) dan jahil (bodoh). Dari penjelasan di atas bahwa orang mukmin yang tak waspada akan terlena dari bujukan maupun rayuan kepentingan sesaat, maka harus hati-hati dalam melangkah agar tak salah.