Umar bin Khattab salah satu Sahabat Nabi yang dikenal sangat tegas dan tak kenal kompromi dengan orang yang berbuat kejahatan. Namun siapa sangka seorang khalifah yang sangat berwibawa ini di saat bersama keluarga, ia lebih banyak diam dan lebih mendengarkan ceramah-ceramah dari istrinya.
Abu Lais as-Samarkandi dalam Tanbih al-Ghafilin mengkisahkan, suatu ketika ada seseorang yang hendak bertamu kepada rumah Umar bin Khattab untuk mengadukan perihal istrinya. Saat di depan pintu rumahnya, ia mendengar Ummu Kulsum istri Umar bin Khattab menceramahi bahkan memarahi dirinya, tapi ia hanya terdiam saja tanpa membalas apapun dengan kata-kata. Mendengar kejadian ini, ia memutuskan untuk pulang. Setelah sesaat kemudian, Umar mengetahui orang tadi, Ia lantas memanggilnya dan bertanya:
“Tujuan kamu kesini untuk apa?”
Orang tadi menjawab, ”Aku sebetulnya ingin berkonsultasi tentang urusan istriku, tapi mendengar kejadian tadi, akhirnya aku putuskan untuk pulang.”
Umar lantas menjelaskan sikapnya yang hanya terdiam tatkala dimarahi sang istri. Lantas ia menjelaskan alasannya:
ﺃﻭﻟﻬﺎ: ﻫﻲ ﺳﺘﺮ ﺑﻴﻨﻲ ﻭﺑﻴﻦ اﻟﻨﺎﺭ، ﻓﻴﺴﻜﻦ ﺑﻬﺎ ﻗﻠﺒﻲ ﻋﻠﻰ اﻟﺤﺮاﻡ
Pertama, seorang Istri merupakan penjaga diriku dari api neraka, Maka hatiku selalu tenang terjaga dari hal-hal haram misalnya dari perzinaan.
ﻭاﻟﺜﺎﻧﻲ: ﺃﻧﻬﺎ ﺧﺎﺯﻧﺔ ﻟﻲ ﺇﺫا ﺧﺮﺟﺖ ﻣﻦ ﻣﻨﺰﻟﻲ ﻭﺗﻜﻮﻥ ﺣﺎﻓﻈﺔ ﻟﻤﺎﻟﻲ
Kedua, Seorang istri selalu menjaga hartaku tatkala aku sedang keluar dari rumah.
ﻭاﻟﺜﺎﻟﺚ: ﺃﻧﻬﺎ ﻗﺼﺎﺭﺓ ﻟﻲ ﺗﻐﺴﻞ ﺛﻴﺎﺑﻲ
Ketiga, Istri sebagai orang yang selalu mencuci bajuku.
ﻭاﻟﺮاﺑﻊ: ﺃﻧﻬﺎ ﻇﺌﺮ ﻟﻮﻟﺪه
Keempat, Ia selalu merawat anak-anakku.
ﻭاﻟﺨﺎﻣﺲ: ﺃﻧﻬﺎ ﺧﺒﺎﺯﺓ ﻭﻃﺒﺎﺧﺔ ﻟﻲ
Kelima, istri selalu menyiapkan roti dan memasak untukku.
Mendengar penjelasan Umar ini, orang tadi langsung memahami bahwa mengahadapi seorang istri harus lebih banyak mendengar keluh kesahnya, tak ada gunanya menanggapi istri yang sedang emosi. Itulah sifat terpuji sang Khalifah, tegas dalam bertugas, serta santun dengan keluarga.