Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali mendapat bisikan dari hawa nafsu ataupun hati untuk melakukan sesuatu. Bisikan itu terkadang ada yang mengarah pada kebaikan dan ada juga yang mendorong pada keburukan. Kita mesti bisa membedakan kedua bisikan ini, karena keduanya memang berasal dari dalam diri kita sendiri.
Imam al-Ghazali dalam Minhajul Thalibin menjelaskan ada tiga cara yang bisa dilakukan untuk membedakan antara bisikan baik dan bisikan buruk. Ketiga caranya adalah sebagai berikut:
Pertama, engkau mendasarkan sesuatu yang terbesit dalam hatimu dengan hukum syara’. Jika bisikan yang ada di hatimu sesuai dengan hukum syara’, niscaya bisikan itu adalah bisikan kebaikan. Jika ia bertentangan baik berupa rukhshah atau sesuatu yang masih syubhat, niscaya bisikan itu adalah bisikan keburukan. Jika langkah pertama belum memberikan titik terang bagimu, maka segeralah mempergunakan langkah selanjutnya.
Kedua, engkau harus mengikuti jejak orang-orang saleh terdahulu. Jika engkau mengikuti jejak-jejak orang saleh (ulama-ulama terdahulu) niscaya bisikan itu adalah kebaikan, dan jika bertentangan, dan hanya mengikuti jejak-jejak orang sesat, niscaya bisikan tersebut adalah keburukan. Jika langkah kedua belum memberikan titik terang bagimu, maka segeralah mempergunakan langkah selanjutnya.
Ketiga, kembalikanlah bisikan itu dengan hawa nafsu dan dirimu. Kemudian lihatlah, Jika hawa nafsu menolak dengan penolakan menurut tabiat atau perangainya, dan bukan karena takut kepada Allah SWT dan khawatir akan siksanya. Ketahuilah, bahwa bisikan itu kebaikan. Jika hawa nafsu cenderung menyukai padanya, menurut tabiat atau perangainya, dan bukan karena keridhaan Allah SWT dan takut kepada-Nya, niscaya bisikan tersebut adalah kuburukan, sebab hawa nafsu selalu mendorong seorang pada kuburukan dan kejelekan. Pada dasarnya hawa nafsu memang tidak memiliki kecenderungan pada kebaikan.