Menanggapi situasi perpolitikan nasional yang kian memanas akibat pertarungan elit politik di tahun 2019, malam ini (16/11) komedian, 1000 pemuda lintas Iman dan beberapa musikus menggelorakan pemilu yang adem dan damai. Latar belakang hadirnya Deklarasi Damai ialah untuk membangun kesadaran bangsa Indonesia dalam semangat persatuan dan kebhinnekaan menjelang momen politik 2019.
“Hal ini terkait dengan realitas yang ada di hadapan kita saat ini dimana Pelbagai masalah satu demi satu muncul, seperti timbulnya gerakan eksklusifisme yang menjadikan masifnya intoleransi di kalangan masyarakat yang berujung pada agenda mengganti bentuk Negara,” sebagaimana rilis yang diterima redaksi.
Politik yang berbau isu sara ini, juga memberikan dampak pada politik yang tak sehat hoaks semakin menjadi politik nonetis terus berkembang. Dampak dari semua ini kemudian menghasilkan distrupsi informasi beriringan dengan rendahnya kualitas informasi. Ditambah keadaan masyarakat Indonesia minim literasi membuat fanatisme golongan menjadi kebenaran absolut yang sempit.
“Permasalahan tersebut seharusnya tidak menjadikan pemuda Indonesia menjadi pesimistis melihat masa depan bangsa. Optimisme pemuda patut dibangun untuk menggapai cita-cita bangsa yang sesungguhnya,” tambahnya.
Mengutip Tan Malaka, Idealisme adalah kekayaan termewah bagi pemuda. Pemuda bukan dilihat dari angka usia produktif melainkan dari semangat yang tak gentar dalam memajukan bangsanya.
Inilah yang menjadi perhatian pemuda ini yang tergabung dari beberapa organisasi pemuda dari berbagai lintas iman dan kepercayaan, suku serta kepemudaan.
“Kami bermaksud merawat semangat Pemuda dalam peringatan Sumpah Pemuda yang ke-90 dalam acara Seruan Untuk Bangsa. Dengan bertemakan ‘Pemilu Damai Bersama Menjaga Indonesia’ kami ingin mengajak semua rakyat Indonesia untuk terus mengobarkan semangat Persatuan dan menjaganya dari segala ancaman- ancaman disintegrasi bangsa,” tandasnya.
Seruan ini sekaligus menyambut Pesta Demokrasi 2019 di tahun politik yang rentan menggunakan isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan) sebagai kepentingan politik elektoral. Acara SUB ini merupakan bagian dari upaya Pemuda Lintas Iman untuk menolak penggunaan politik SARA dalam pemilu 2019. Panitia dan tim optimis masih banyak pemuda Indonesia yang Sadar dan tidak mau di terjebak dalam politisasi agama.
Putri Gus Dur, Alissa Wahid juga menambahkan bahwa, “Anak Muda selalu berada di garda terdepan perubahan. Tantangan kita saat ini adalah menjaga persatuan bangsa dari perpecahan dari kita sendiri. Tahun ini adalah tahun politik, tahun pemilihan presiden 2019, masyarakat akan di bombardir dengan sentiment saling menegasikan, saling menjatuhkan antar kelompok pendukung, semuanya pasti ingin menang.”
Acara ini merupakan perwujudan dari harapan pemuda/pemudi Indonesia membangun kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bentuk dari kegiatan yang akan diselenggarakan ini ialah Dekralasi Damai dan Festival Budaya, yang akan dihadiri beberapa Tokoh Muda seperti Inaya Wahid, Ernest Prakasa, Bonita AND THE HUS BAND serta akan ada penampilan Tari Nusantara dan Paduan Suara SMAN 48 Jakarta. Selain itu acara ini juga dihadiri beragam organisasi dan lembaga kemanusiaan, keagamaan, komunitas kepemudaan serta komponen masyarakat yang memiliki kepedulian dan semangat yang sama untuk menjaga keutuhan NKRI. Diperkirakan peserta yang akan datang pada pada Deklarasi Damai dan Festival Budaya ini berjumlah 1000 orang.
Forum Temu Kebangsaan bersama Orang Muda Katolik (OMK) Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) menggelar Dekralasi Damai dan Festival Budaya bertajuk Seruan Untuk Bangsa: Bersama Menjaga Indonesia. Dengan Tema “Satu Cinta Pemuda, Tanah Air Indonesia” Acara ini akan diadakan di Ciputra Artpreneur Lotte Shopping Avenue Ciputra World, Kuningan Jakarta Selatan pada 17 November 2018. pukul 19.30-Selesai. (DP)