Tak seperti hari biasanya, beberapa pengendara motor yang melewati sebuah jalan di desa Suruh, kecamatan Sukodono Sidarjo lebih memilih turun dari motornya dan mendorongnya.
Bukan karena mogok atau yang lain, alasannya di jalan itu sedang ada saudara yang berduka. Jalanan yang dilewati para pemotor tersebut adalah jalanan rumah keluarga Jannatun Shintya Dewi, salah satu korban pesawat Lion Air JT-610.
Pamandangan ini dibagikan oleh salah satu warganet bernama April Triyanto di akun media sosial twitternya. Dalam unggahan tersebut, terlihat beberapa karangan bunga “Duka Cita” bertuliskan nama korban berjajar rapi di pinggir jalan.
“Orang menuntun sepeda motornya ketika melewati rumah yang sedang berduka, Desa suruh, kecamatan Sukodono, Sidoarjo, seorang korban musibah Lion air Jannatun Shintya Dewi tinggal,” tulis April Triyanto dalam vidio unggahannya.
orang menuntun sepeda motornya ketika melewati rumah yang sedang berduka, Desa suruh, kecamatan Sukodono, Sidoarjo, seorang korban musibah Lion air Jannatun Shintya Dewi tinggal
Indonesia belum punah
Indonesia punya adab
Indonesia berbudaya adiluhung @nu_online @caknundotcom pic.twitter.com/A6rvOC7jHb— April Triyanto (@apriltriyanto85) 1 November 2018
April menyebutkan bahwa Indonesia tidak akan punah jika masih memiliki adab dan budaya adiluhung seperti itu.
Sidoarjo sendiri sering didengar dan terkenal dengan sebutan “kota santri”. Selain masih banyak pesantren, budaya dan akhlak warga Sidoarjo juga mencerminkan julukan tersebut. Hal ini terbukti dari unggahan vidio tersebut.
Selain Sidoarjo, beberapa budaya di kota lain juga masih mempraktekkan hal yang sama, di Jogjakarta misalnya.
“Dulu waktu masih di Jogja sering ngalamin kayak gtu. Lewat gang, ada orang tua, turun dari motor dituntun, atau ada layatan pas lewat juga dituntun. Setidaknya mematikan mesin motor, lalu jalan perlahan. Mudah-mudahan masih ada budaya santun dan menghormati kayak gitu,” tulis akun Pendar Ilusi Sendja.