Beredar hadis tentang jihad melawan melawan ‘orang asing dan mata sipit’. Dalam konteks kekinian, itu bisa dimaknai banyak hal, terutama jika dikaitkan dalam politik dan isu yang entah dari mana datangnya. Seharusnya, umat islam, dalam memahami Hadis itu tidak bisa comot satu Hadis untuk menghukumi secara universal yang sipit dimaksud Hadis itu Cina. Perlu jam’ur riwayat (mengumpulkan beberapa riwayat Hadis yang semakna) dalam memahami Hadis. Saya juga matanya sipit, cuma hidungnya rada mbangir. Jadi saya bukan termasuk dalam Hadis itu.
Kalau kita mencoba membuka literatur kitab-kitab klasik, Imam Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wan Nihayah sudah melakukan jam’ur riwayat mengenai hadis tanda kiamat terkait mata sipit ini. Dalam mengumpulkan riwayat-riwayat mata sipit ini, Ibnu Katsir memberikan judul qital al-hidn (perang melawan India). Namun demikian, terkait perang melawan India ini, Ibnu Katsir tidak menyebutkan Hadis yang berkaitan dengan mata sipit. Ibnu Katsir hanya menyebutkan dua Hadis dari Abu Hurairah yang disandarkan pada Rasulullah Saw.
“Rasulullah menjanjikan kepada kami bahwa nanti kami (umat Muslim) berperang melawan India. Kalau saya menemui perang itu dan mati syahid di sana, maka saya termasuk syuhada terbaik. Tapi kalau saya lebih dulu meninggal (dari kalian), Rasulullah Saw. pun sudah (menjamin) saya bebas dari api neraka” (HR Ahmad dan An-Nasai).
Hadis-hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah terkait perang melawan India ini tidak ada yang sahih. Namun demikian, ada Hadis lain yang diriwayatkan dari sahabat Tsauban, pelayan Rasulullah Saw., yang kualitasnya minimal Hasan. Al-Albani menyebutnya sahih. Sahabat Nabi yang satu ini orangnya sangat kanaah, menolak bantuan siapa pun yang ingin membantunya. Setelah Rasulullah wafat, sahabat Tsauban ini hijrah ke Syam, Ramalah, dan kemudian pindah ke Homs hingga wafatnya. Kota Homs ini tempat di mana sekarang terjadi pertempuran besar antara Rezim Suriah Asad serta koalisinya melawan pihak-pihak yang dianggap musuh olehnya.
“Dua kelompok dari umatku yang diselamatkan dari api neraka oleh Allah itu mereka yang berperang melawan India dan yang nanti masih hidup menemui Isa bin Maryam As.” (HR an-Nasai dan Ahmad).
Menurut Ibnu Katsir, perang melawan India ini sudah pernah terjadi pada masa Kerajaan Muawiyah sekitar tahun 44 Hijriah. Setelah menyebutkan ini, Ibnu Katsir menyambungkan dengan keterangan lain bahwa Bani Umayah juga pernah berperang melawan Atrak (Turk) dengan menyebutkan hadis-hadis yang berkaitan dengan mata sipit. Pertanyaannya, apakah al-Hind (India) dan Turk itu satu bangsa yang sama pada saat itu? Selain itu, riwayat Imam Ahmad yang berkaitan dengan mata sipit ini menyebutkan juga bangsa Khuz Kirman. Sebelum menjawab pertanyaan ini, mari kita simak hadis sahih di bawah ini yang dikutip Ibnu Katsir dari Imam al-Bukhari dan Imam Muslim.
“Kiamat tidak akan terjadi sampai kalian memerangi sekolompok orang yang sendalnya terbuat dari rambut, dan memerangi bangsa Turk, yang mana mereka bermata sipit, berwajah kemerah-merahan, berhidung pesek, wajah mereka berbentuk perisai yang bundar (HR Bukhari dan Muslim).
Ada yang perlu ditegaskan terkait hadis-hadis di atas. Pertama, umat Muslim yang beriman dan bertakwa tentunya pasti percaya dengan hal yang gaib. Dalam surah al-Baqarah ayat ke-3 disebutkan bahwa ciri-ciri orang beriman itu alladzina yu’minuna bil ghaib. Hari kiamat termasuk hal gaib yang harus dipercayai umat Muslim.
Kedua, kita percaya bahwa Nabi Muhammad Saw. diberikan mukjizat oleh Allah untuk mengetahui tanda-tanda kiamat, namun Nabi tidak pernah memastikan kapan kiamat akan terjadi. Kalau kiamat diketahui kapan akan terjadi, mungkin tidak ada orang jahat di akhir zaman nanti, karena semuanya takut menghadapi hari akhir. Mereka semua pasti buru-buru bertobat. Namun kenyataannya tidak demikian. Kalau hari kiamat diberitahu oleh Allah kapan terjadinya, maka permainan hidup di dunia ini tidak lagi seru, tidak ada tantangannya, karena semua sudah tahu kapan akan game over. Ibarat main game, kalau musuh sudah diketahui tidak sebanding dengan kita, buat apa melawannya?
Ketiga, Imam an-Nawawi dalam syarah Sahih Muslim menyebutkan bahwa perang melawan Turk itu sudah pernah terjadi di zaman Imam an-Nawawi hidup, sekitar 8 abad yang lalu. Nah, 8 abad lalu sampai sekarang belum juga terjadi kiamat. Itu bukan waktu yang sebentar. Namun demikian, Imam an-Nawawi tidak menyebutkan spesifik siapa yang dimaksud bangsa Turk dalam Hadis di atas. Apakah kejadian ini akan terulang kembali, sementara khitab Nabi tekait hadis ini ditujukan kepada sahabat? Apakah masih berlaku pada konteks saat ini?
Keempat, hadis terkait perang melawan al-Hind (India) yang dikaitkan dengan Ibnu Katsir dengan at-Turk, dalam pengamatan saya, itu tidak tepat. Hadis perang melawan al-Hind tidak menyebutkan orang-orang yang dimaksud dengan ciri-ciri mata sipit, hidung pesek, dan seterusnya. Sementara itu, menurut Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, perang melawan at-Turk dan Khuz Kirman merupakan perang yang berbeda. Artinya, perang melaan Khuz Kirman sendiri, perang melawan at-Turk juga sendiri.
Kelima, Doktor Ali Muhammad al-Shalabi dalam bukunya al-Daulatul Utsmaniyah: ‘Awamilun Nuhudh wa Asbabus Suquth, menjelaskan bahwa Umat Islam di tangan khalifah Umar bin Khatab berhasil melakukan futuhat ke beberapa wilayah Asia Tengah sejak tahun 22 Hijriah. Waktu itu, umat Islam mampu mengalahkan Kekaisaran Sasania (al-Daulatus Sasaniyyah). Mereka yang hidup di masa kekaisaran tersebut dijuluki dengan Bangsa at-Turk (dalam bentuk plural disebut Atrak), belakang disebut dengan Turkistan. Bangsa Muslim Arab waktu itu menyebut wilayah tersebut dengan manthiqah ma wara an-nahar, dan bangsa Persia menyebutnya Fararud. Silakan lihat petanya di bawah ini:
Inilah pentingnya memahami Geografi Hadis sebagaimana disampaikan guru kami tercinta di Darus Sunnah, Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, allahu yarhamuh. At-Turk yang dimaksud lebih luas hanya untum sekedear mengkhususkan Cina saja. Negara-negara yang ada dalam peta di atas semuanya termasuk at-Turk pada masanya.
Keenam, Nabi juga pernah mewasiatkan dalam hadisnya yang lain mengenai bangsa at-Turk. Nabi bersabda, “Jangan perangi Bangsa Habasyah dan Turk selagi mereka tidak memerangi kalian” (HR Abu Daud). Menurut al-Albani, kualitas hadis ini hasan. Hadis ini memberi pesan bahwa perang itu dilakukan ketika bangsa lain lebih dulu memerangi kita.
Ketujuh, uraian ini tidak ada maksud sama sekali untuk membela Ahok sedikit pun. Sebagai pengkaji hadis, kita tidak boleh “memperkosa” hadis untuk kepentingan tertentu, apalagi kepentingan membenci orang ataupun bangsa lain. Kita semua tahu Ahok itu orang Cina, bermata sipit, dan hidungnya tidak mancung. Jangan sampai hadis tersebut digunakan untuk mendiskreditkan Ahok ataupun orang Cina lainnya. Saya juga keturunan Cina Jawa yang tidak rela bila ke-Cina-an seseorang didiskreditkan. Bedanya sama Ahok, saya Cina kere, kalau Ahok Cina beduit. Haha. Benci Cina sama artinya Anda benci ciptaan Tuhan. Bukankah Allah sendiri berfirman, Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku?
Kedelapan, orang yang patut kita musuhi bersama itu mereka yang berkhianat menjual, menggadaikan negeri kita tercinta ini kepada tangan-tangan pemodal, pribumi maupun asing, yang menyengsarakan rakyat Indonesia (Baca: Pengkhianatan Anak Bangsa, al-Maidah 51). Jika koh Ahok ataupun Pak Jokowi sebagai rezim yang menjabat saat ini melakukan itu, adakah bukti dan data-data valid? Seandainya ada, setegah itukah mereka melakukan itu? Jika terbukti, ini namanya kufur bawwah yang disebutkan oleh ulama-ulama klasik yang sesuai dengan konteks saat ini.
Namun jika tidak terbukti, tolonglah biarkan pemerintah bekerja dengan baik, jangan diganggu terus menerus. Membela saudara kita yang tertindas juga bagian dari membela agama bukan? Coba umat Muslim atau umat lainnya sama-sama turun ke jalan membela saudara-saudara petani, orang miskin yang tanahnya dirampas tanpa kompensasi yang setimpal oleh pemerintah daerah maupun pusat, jangan cuma Ahok doang?! Perlakukan hal yang sama dengan mereka para pengkhianat, apapun agamanya!