Pada masa sebelum Islam, tradisi sastra sudah berkembang pesat di jazirah Arab. Karya sastra berupa syair begitu kuat membentuk karakter dan tradisi masyarakat Arab. Para penyair menempati posisi terhormat dalam budaya bangsa ini.
Karya terbaik para penyair digantungkan pada dinding ka’bah agar bisa dibaca semua orang. Para penyair terbaik ini disebut Mualaqat. Tidak banyak penyair yang karyanya boleh digantungkan pada dinding ka’bah, hanya yang terbaik dari yang terbaik.
Dinamakan muallaqat (kalung perhiasan) karena indahnya puisi-puisi tersebut menyerupai perhiasan yang dikalungkan oleh seorang wanita. Sedangkan secara umum muallaqat mempunyai arti yang tergantung.
Konon hanya ada tujuh sampai sepuluh orang saja, karya mereka masih ada yang utuh dan terjaga hingga sekarang. Selain Mualaqat disebut juga Muzahabah yaitu syair ditulis dengan tinta emas. Sebab setiap syair yang baik sebelum digantungkan pada dinding Ka’bah ditulis dengan tinta emas terlebih dahulu sebagai penghormatan terhadap penyair. Dan karyanya bisa bertahan lama.
Di antara para penyair itu ada satu nama Umrul Qais. Umrul Qais dianggap orang pertama yang menciptakan cara merawat kenangan. Ia terkenal dengan ulahnya menarik perhatian dengan jalan istiqhafus sohby.
Ia akan mengajak orang untuk berhenti pada puing runtuhan bekas rumah kekasihnya sekedar untuk mengenangkan masa cinta. Kemudian saat itu Umrul Qais akan membacakan syair ghazal (merayu wanita) dan Qasidah cinta. Umrul Qais juga punya cara unik ungkapkan kecantikan seorang wanita dengan mengumpamakannya dengan seekor kijang yang panjang lehernya, karena wanita yang panjang lehernya menandakan sebagai seorang wanita yang cantik.
Simak syair Umrul Qais pada kekasihnya Unaizah :
“Wanita itu langsing, perutnya ramping, dan dadanya putih bagaikan kaca.”
“Lehernya panjang seperti leher Kijang, jika dipanjangkan tidak bercacat sedikitpun, karena lehernya dienuhi kalung permata.”
“Rambutnya yang panjang dan hitam bila terurai di bahunya bagaikan mayang korma.”(Al Wasit)
Namun umur penyair ini tidaklah lama, ia kalah dalam peperangan dengan orang Nejd yang telah membunuh ayahnya. Ia melarikan diri di tengah perjalanannya penyair itu terbunuh oleh musuhnya dan dimakamkan dikota Angkara (Turki).
Syair Umrul Qais tentang bagaimana ia merawat kenangan pada kekasih, bagaimana ia memuji kekasihnya Unaizah ribuan tahun lalu telah mengajarkan para jomblo bagaimana merayu pasangan dan bagaimana ia merawat kenangan itu tetap ada. Saya percaya bahwa tidak ada jomblo yang abadi, karena yang abadi adalah kenangan.
Kepada Umrul Qais, setidaknya para pria patah hati bisa belajar bagaimana merawat kenangan tentang indahnya kejombloan Raisa. Atau mungkin bisa mengalihkan fokus perhatian pada Hamish?
Entahlah, kopiku pahit karena Neno.