Tujuh Nasihat Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad untuk Para Pemimpin

Tujuh Nasihat Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad untuk Para Pemimpin

Tujuh Nasihat Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad untuk Para Pemimpin

Akhir-akhir ini warga negara Indonesia tengah disibukkan oleh wacana perpolitikan nasional terkait dengan Pemilihan Presiden (Pilpres). Namun, wacana tersebut kian bergulir liar seakan tidak pernah ada habisnya. Keliaran itu semakin terlihat jelas manakala berbagai kubu yang tengah berkoalisi. Saling mengklaim sosok yang paling ideal untuk memimpin Indonesia.

Sehingga tidak jarang berbagai pihak terus berusaha membangun image tentang sosok ideal sang pemimpin tersebut. Segala upaya pun dilakukan untuk ‘mencuri’ hati masyarakat, salah satunya dilakukan dengan cara Itjima (kesepakatan para ulama). Tentunya usaha tersebut membuat masyarakat menjadi bertanya-tanya. Bagaimanakah sosok dan Kriteria, serta kewajiban pemimpin ideal yang mampu memimpin Indonesia lebih adil dan beradab?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut kiranya penting untuk mendengarkan dan merenungi nasehat dari salah seorang tokoh pembaharu abad ke-12 H, yakni al-Imam al-Allamah Sayyid Abdullah bin Alwi al-Haddad, pengarang Ratib al-Haddad, yang lahir dari keluarga besar Alawiyyin Hadramaut pada 5 shafar 1044 H dan wafat pada 7 Dzulqa’dah 1132 H.

Al-Imam al-Allamah Sayyid Abdullah bin Alwi al-Haddad dalam buku “al-Imam al-Haddad Mujaddid al-Qarn ats-Tsani Asyara al-Hijry” memberikan nasehat kepada para pemimpin dengan menyebutkan tujuh hal berikut:

Pertama, mengangkat pemimpin dari para orang-orang yang memberikan petunjuk.

Kedua, mengetahui ilmu-ilmu Iman dan Islam.

Ketiga, mengagungkan syi’ar agama.

Keempat, menghilangkan kemungkaran.

Kelima, melaksanakan aturan dan batasan-batasan Allah.

Keenam, memberikan kasih sayang terhadap orang yang lemah, orang yang miskin, orang yang terzalimi, dan yang mempunyai kebutuhan, serta bersikap keras dan tegas kepada orang-orang zalim, orang yang sombong, dan kepada orang yang suka melakukan keburukan.

Bagi pemimpin hendaknya mempermudah penghalang dan teguh akan agamanya serta selalu menjaga amanah.

Ketujuh, mengerti keharaman mengambil harta rakyat (korupsi) dan bersikap hati-hati terhadap harta mereka.

Lebih jauh, Imam Abdullah al-Haddad menjelaskan bahwa kezaliman para penguasa adalah pokoknya sebuah kehancuran. Sehingga beliau selalu memerintahkan para pemimpin untuk menyayangi rakyatnya.

Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa Imam Abdullah al-Haddad pernah menulis surat kepada seorang Raja Badr bin Abdullah al-Katsiri, yang berisikan nasehat kepada sang raja:

“Engkau harus banyak memuji Allah dan mengikuti sunnah Rasul-Nya, terhadap para hamba-Nya yang menjadi urusanmu, maka hendaknya engkau liputi rakyatmu dengan nasehat, memperlakukan mereka dengan lemah-lembut dan kasih sayang, mementingkan apa yang baik bagi mereka sebagaimana engkau mementingkan kebaikan untuk dirimu sendiri dan keluargamu, hendaknya engkau menolong orang yang terzalimi dan menghilangkan kesusahan mereka”

Semoga dengan adanya nasehat yang bisa diambil dari Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad ini. Bisa menjadi cermin dalam menggambarkan sosok ideal pemimpin Indonesia yang mampu berbuat adil, tidak berbuat zalim, tidak korupsi, selalu memegang amanah, dan mencintai rakyatnya.

Wallahu A’lam Bishawab