Nissa Sabyan, Sosok di Balik Tren Cover Sholawat

Nissa Sabyan, Sosok di Balik Tren Cover Sholawat

Bagaimana sosok Nissa dan Grup Gambus Sabyan menjadi fenomena belakangan ini? Yuk ikuti perjalanannya

Nissa Sabyan, Sosok di Balik Tren Cover Sholawat
Nissa Sabyan dan Ayus terkandung kasus. Grup musik Sabyan pun tidak ketahuan masa depannya.

Ramadhan tahun ini selain bulan penuh ampunan adalah bulannya Sabyan. Siapakah sosoknya?- Media sosial ramai memposting sholawat besutan Sabyan Gambus. Beberapa stasiun televisi ikut-ikutan menampilkan Sabyan Gambus. Sampai-sampai politisi juga tak mau kalah turut mencuit fenomena Sabyan.

Sabyan bukan yang pertama dan satu-satunya, tapi mereka yang membawa gelombang baru sholawat di Indonesia baru-baru ini. Setelah dua dekede lalu tren Cinta Rasul a la Hadad Alwi, lalu lima tahun lalu hampir semua orang menggemari Maher Zein, kini Sabyan yang awalnya hanya kelompok gambus biasa mampu menyihir orang-orang yang awalnya mungkin tak biasa bersholawat jadi gemar melantunkan sholawat.

https://www.youtube.com/watch?v=1OMD_LSELAM

Lagu Ya Habibal Qolbi saat tulisan ini diturunkan sudah125 juta kali ditonton. Lagu ini diaransemen ulang dengan rombakan nada yang sangat signifikan dari lagu Ya Habibal Galb-nya Al-Muqtashidah Pondok Pesantren Langitan. Pondok Langitan memang pesantren yang paling rajin menggarap dakwah lewat seni hadrah.

Sabyan tidak sendirian menikmati tren ini. Ada Vira Choliq lewat channel studio Procie Omah Rekam, Veve Zulfikar, dan selebgram cilik Aishwa Nahla yang dikenal dengan Balita Bersholawat. Tapi mengapa Sabyan yang menduduki chart pertama?

Islam itu Keren

Nisa, vokalis Sabyan Gambus, adalah magnet utama. Selain suaranya yang merdu, Nisa berparas ayu dan luwes dalam berdandan. Tak heran jika dia dikagumi para fans. Selain itu, aransemen Sabyan Gambus yang hadir di channel Youtube memang ada kesan pop, karakter suara dan cengkok Nisa juga tidak melulu men-Timur Tengah sehingga lebih ringan jika disenandungkan oleh orang yang awam dalam bernyanyi sekali pun. Konsep video yang modern garapan Inema turut memanjakan mata penonton.

Lengkap sudah mengapa Sabyan menjadi pujaan milineal masa kini.Ini mengonfirmasi Yuswohadi (2016) tentang konsumen muslim Indonesia yang semakin universalis. Sederhananya, konsumen universalis ini menyukai segala produk yang bernuansa Islam tapi juga keren.

Tampilan Nisa yang kerap memakai tunik berpadu celana juga para personil laki-laki yang lebih memilih memakai topi daripada peci membuat kesan modern menempel pada grup Sabyan Gambus. Sabyan adalah salah satu ikon genM, yang tinggal menikmati keberhasilan pasar—yang lebih dulu sudah dibentuk oleh brand kosmetik halal dan tren hijaber.

Tapi Sabyan juga tak sepi dari kritik. Beberapa komen saya temukan, Sabyan dibandingkan dengan Vira Choliq yang asli jebolan pesantren.  Mereka menyebut Vira Choliq melafalkan syair dengan lebih fashih daripada Nisa yang makhorijul hurufnya kurang. Tapi ada juga yang membela Sabyan, katanya tak penting lagi makhorijul hurufnya benar atau tidak.

Lepas dari perdebatan-perdebatan teknis seperti itu, Sabyan, Vira Choliq, Veve Zulfikar, dan Aishwa Nahla mampu mendinginkan suasana Ramadhan menjadi lebih sejuk setelah drama terorisme di akhir bulan Sya’ban. Terutama karena mereka semua meng-cover lagu Deen Assalam.

Narasi Damai

Membikin sholawatan menjadi tidak hanya tampak sholeh, tapi juga keren, membuat banyak orang ikut berdendang. Meniatkan sholawat untuk Nabi Muhammad dan menikmati lagunya itu memang lain hal. Yang jelas, para youtuber sholawat ini, saya yakin, pertama-tama meniatkan diri untuk berdakwah lewat nada. Respon dan pemaknaan sampai di mana—apa memang sampai di hati atau cukup hanya enak didengarkan—adalah sepenuhnya milik publik.

https://www.instagram.com/p/BjiWnGklIym/?hl=id&taken-by=islamidotco

Vira Choliq lebih dulu tiga bulan sebelum Sabyan merilis Deen Assalam. Komentar-komentar menarik seperti ‘saya bukan muslim, tapi saya menyukai lagu ini’ jamak ditemukan di post lagu Deen Assalam keduanya.
Lega sekali menemukan potret perdamaian seperti itu. Ini artinya cover Deen Assalam cukup bertenaga untuk melawan narasi ekteremisme yang ditebar melalui platform yang sama, yaitu youtube.

Sebelum ini kita menemukan banyak ceramah yang bernada intoleransi sampai tutorial pembuatan bom di youtube. Tapi selama bulan Ramadhan ini, kita dihujani dengan banyak pengajian kitab kuning online yang trennya dimulai oleh Ulil Abshar Abdalla. Ditambah dengan gelombang sholawat kekinian yang tak hanya bisa dinikmati, tetapi juga menyampaikan pesan positif dan damai.

Ramadhan selalu menjadi contoh terbaik dalam praktek keIslaman kita. Yang selalu kita harapkan adalah kebiasaan selama Ramadhan berlanjut ke bulan-bulan setelahnya. Termasuk tren dakwah damai ini, semoga panjang nafasnya dan memenangkan narasi atas narasi Islam yang keras dan membuat susah ummat.