Satu keluarga yang hampir saban hari hadir di masjid dan tampil bak orang baik hati, saleh dan religius, akhirnya meledakkan bom bunuh diri di depan rumah ibadah umat Kristiani di Surabaya. 13.05.2018. Tubuh mereka hancur lebur berantakan.
Konon aksi itu disebut oleh para pengagumnya sebagai “Istisyhad”, ingin menjadi “Syahid” (pahlawan, martir). Mereka menolak sebutan “Intihar” (bunuh diri). Karena mereka tahu Intihar itu dosa besar dan masuk neraka. Sedangkan Istisyhad dijamin masuk sorga langsung tanpa melalui proses pemeriksaan amal (bi Ghair hisab).
Keluarga itu tampaknya sangat yakin bahwa “Istisyhad” itulah cara tercepat dan terbaik untuk masuk sorga dan kelak akan berada di samping Tuhan. Mereka juga yakin mati dengan cara itu kelak akan mengantarkannya bertemu dan berkumpul dengan para bidadari dan “bidadara-bidadara” yang ganteng-ganteng dan perkasa-perkasa. Al-Qur’an menggambarkan para bidadari ini, “Hurin ‘In, Ka Amtsal Lu’lu al-Maknun” (perempuan-perempuan yang bermata tajam nan lebar. Kebeningan dan keanggunannya bagaikan mutiara yang tersimpan). Kata orang “tatapan mata bidadari itu bersinar yang dapat menembus dan menggetarkan jantung yang ditatapnya”. Agaknya mereka sangat merindukan perjumpaan itu.
Para ahli agama dari semua agama dan berjuta-juta orang yang berpikiran sehat tidak mengerti akan keyakinan ini. Akal pikiran waras menjadi buntu. Menurut mereka bom bunuh itu merupakan sikap dan ekspresi putus asa para pelakunya menghadapi kehidupan ini. Para pelaku itu tidak bersyukur atas karunia Allah yang berlimpah-ruah itu. Mereka “kafir”, mengingkari nikmat Allah.
Bertolak belakang dari pandangan mereka, para bijakbestari dan para ulama besar mengajarkan kepada kita tentang jalan yang terbaik, dan yang termudah menuju Allah. Jalan itu ialah memberikan kegembiraan kepada orang lain.
Sufi besar Abu Sa’id Ibn Abi al-Khair (w. 1049) ditanya para santrinya, “Ada berapakah jalan manusia menuju Tuhan?, dia menjawab:
فى رواية اكثر من الف طريق. وفى راواية أخرى الطريق الى الحق بعدد ذرات الموجودات. ولكن ليس هناك طريق اقرب وافضل واسرع من العمل على راحة شخص.وقد سرت فى هذا الطريق وانى اوصى الجميع به
“Menurut sebuah riwayat, ada seribu jalan, menurut riwayat yang lain, jalan itu sebanyak partikel atom yang ada di alam semesta ini, tetapi jalan yang terpendek, terbaik dan termudah menuju Dia adalah memberi kenyamanan kepada orang lain. Aku sendiri menempuh jalan ini dan aku berpesan kalian semua menempuh jalan ini juga”. (Asrar al Tauhid fi Maqaamaat Abi Sa’id, h. 327).