Siapa yang tak tahu Syekh Abdul Qadir Jailani. Kemasyhurannya sebagai Sulthanul Auliya (Rajanya para wali) tak ada yang meragukan. Namanya tak asing di telinga orang. Namun di balik itu, ia mengalami beberapa ujian yang cukup berat. Bahkan beberapa ujian yang telah dilampaui terkesan cukup aneh.
Pernah suatu hari Syekh Abdul Qadir al-Jailani berguru kepada Nabi Khidir. Mereka berdua berjalan memasuki kota Iraq. Sayangnya, ia tidak tahu kalau lelaki yang menjadi gurunya tersebut adalah Nabi Khidir.
Nabi Khidir memberi syarat kepada Syekh Abdul Qadir al-Jailani agar tidak membantah semua perintah dan permintaan Khidir. Karena membantah adalah sebab putusnya hubungan guru dan murid.
Tiba-tiba Khidir memerintahkan Syekh Abdul Qadir al-Jailani untuk duduk dan menyepi di tempat yang telah ditentukan.
“Wahai Abdul Qadir, duduklah di sini!” Kata Khidir kepada muridnya.
Tanpa membantah, Syekh Abdul Qadir al-Jailani lantas mengikuti perintah gurunya. Ia duduk di tempat yang telah ditentukan selama tiga tahun. Sayangnya, Khidir tidak menemaninya. Guru Syekh Abdul Qadir al-Jailani tersebut melah meninggalkannya sendiri. Bahkan Khidir hanya menjenguknya sekali setiap tahun.
Satu-satunya pesan yang dititipkan Khidir kepada muridnya tersebut adalah, “Jangan tinggalkan tempat ini hingga aku datang!” Dengan sekuat tenaga, Syekh Abdul Qadir al-Jailani berusaha untuk memenuhi perintah gurunya itu.
Tidak hanya kisah tersebut, pada suatu malam, Syekh Abdul Qadir al-Jailani tidur di sebuah rumah besar. Ia terbangun karena mimpi basah. Ia kemudian beranjak menuju tepi sungai untuk mandi. Ia kemudian kembali lagi ke tempat tersebut dan kembali tidur.
Tak disangka, ternyata ia mengalami hal yang sama berulang-ulang. Ia kembali mengalami mimpi basah selama empat puluh kali. Sadar bahwa ternyata ia sedang diuji. Akhirnya Syekh Abdul Qadir al-Jailani tidak melanjutkan tidurnya.
Syekh Abdul Qadir al-Jailani kemudian naik ke atas pagar rumah agar selalu terjaga. Ia menjaga agar ia tidak tidur dan tidak mengalami mimpi basah kembali.
Ternyata, hal itu merupakan ujian dari Allah karena Syekh Abdul Qadir al-Jailani sering menjaga kesuciannya. Saat ia berhadas, ia segera berwudhu dan shalat dua rakaat. Oleh karena itu, ia sama sekali tidak pernah duduk dalam keadaan berhadas.
Wallahu A’lam.