Menyusul peristiwa penganiayaan terhadap seorang perempuan berjilbab, warga Swedia berusaha menunjukkan dukungan dan solidaritasnya dengan cara memakai jilbab dan menunjukkannya di twitter dan paltform media sosial lainnya.
Peristiwa itu bermula dari laporan tentang dianiayanya seorang perempuan berjilbab yang sedang hamil oleh seorang lelaki yang diduga berlatar kebencian agama. Oleh teman sang perempuan, sebagaimana dilaporkan BBC, lelaki itu merobek jilbab sang perempuan dan membenturkan kepala perempuan tersebut ke mobil, sambil mengeluarkan kata-kata kasar berbau SARA,
Peristiwa yang terjadi Sabtu (17/8) di pinggiran Stockholm itu dilaporkan oleh media dan memicu kemarahan banyak warga Swedia. Sebagai bentuk solidaritasnya, warga Swedia non-muslim dalam beberapa hari setelah kejadian tersebut menggelar protes dengan memakai jilbab, yang diikuti oleh warga lainnya.
Foto-foto mereka yang menggunakan jilbab diunggah ke Twitter dan Facebook, dengan hastag #hijabuppropet (teriakan jilbab). Seperti dilansir BBC, para pemrotes mendesak pemerintah Swedia untuk menjamin kebebasan perempuan muslim Swedia dalam menjalankan praktek agamanya, termasuk mengenakan jilbab.
Di antara mereka yang memprotes kekerasan hari Sabtu dengan cara mengenakan jilbab adalah pengacara Swedia yang cukup terkenal, Veronica Palm, serta penyiar TV, Gina Dirawi. Sejumlah politisi juga dilaporkan mengenakan jilbab.
Menteri Kehakiman Swedia, Beatrice Ask, kepada media mengatakan bahwa kasus serangan tersebut harus ditangani dengan serius. Di tengah sentimen antar agama yang meningkat di sejumlah belahan dunia, apa yang terjadi di Swedia adalah kabar gembira, karena masih banyak warga dunia yang mendukung kebebasan beragama, mengedepankan kemanusiaan dan solidaritasnya tanpa memandang latar agamanya.