Ahad, 10 Desember 2017 Pukul 21.55 WIB di RS. Telogorejo Semarang, Nyai Hj. Azizah Ma’shoem, yang sering disapa santrinya Mbah Zah menghembuskan nafas terakhir. Semua santri kaget dan sangat kehilangan sosok ahli silaturrahim yang nasihatnya selalu ditunggu-tunggu.
Mbah Zah merupakan sosok yang tidak pernah berhenti mengingatkan santrinya agar terus melantunkan sholawat burdah untuk mendekatkan diri pada Nabi Muhammad SAW, dan membaca asmaul husna untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.
Salah satu petuahnya yang sering diingat para santrinya adalah,“Dadi menungso kui kudu pinter nyelehke awak. Kapan dadi rofa’, kapan dadi nashob, kapan dadi jer, lan kapan dadi jazem.” Dawuh Mbah Zah tersebut terkenang sampai menjadi meme yang akan selalu di ingat semua orang. Dalam nasihat berbahasa jawa tersebut Mbah Zah ingin kita sebagai manusia harus pandai-pandai menempatkan diri di manapun berada.
Petuah lain yang disampaikan Mbah Zah juga terekam dalam video youtube yang diunggah oleh akun Lensa Santri, “Sok mben sopo wae dadi rene senajan gak menangi aku tetep tak akoni muridku dunyo akhirat, Wallahil ‘adhim aku gak goro!” (Besok siapa saja yang ke sini meski tidak berkesempatan bertemu denganku tetap aku akui menjadi muridku dunia akhirat. Wallahil’adhim aku tidak bohong).
Kutipan dari Dawuh Mbah Zah membuat semua santrinya terisak. Mbah Za inginkan siapapun tetap berkunjung ke pesantren bahkan meminta anak-anak dari santrinya kelak mondok di Lasem meski Mbah Zah sudah tiada.
“Ojo lali pondok e!” (jangan lupa dengan pondoknya!), pesan Mbah Zah kepada semua santrinya agar tidak melupakan pondoknya sampai kapapunpun.
Salah satu cucu Mbah Zah, Gus Aziz sepertinya sangat berduka dengan kepergian neneknya. Dalam instagram story-nya ia menuliskan, “Mbah, njenengan Khusnul Khotimah mbah. Njenengan Piyantun sae, Kulo saksi mboten wonten naza… Kulo ikhlas kulo ridho mbah..” (Mbah, Njenengan Khusnul Khotimah mbah, Njenengan orang yang baik, aku saksi tidak ada naza, aku ikhlas aku ridho mbah), ungkapnya.